Senin, 11 Juni 2012

Urobilinogen Urin





Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin.

Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.


Prosedur
Spesimen urin sewaktu
Urine harus dalam keadaan masih segar dan harus segera diperiksa. Uji dapat dilakukan sebagai bagian dari analisis urin rutin, menggunakan strip reagen (dipstick) atau pereaksi Erlich. Celupkan strip reagen ke dalam urin, tunggu 30 detik. Amati perubahan warna dan bandingkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.
Spesimen urin 2 jam
Kumpulkan specimen urin di antara jam 13.00 – 15.00, atau antara jam 14.00 – 16.00, karena urobilinogen mencapai puncaknya di siang hari pada jam-jam tersebut. Urin harus disimpan dalam lemari pendingin dan tempat yang gelap; urin harus segera diperiksa dalam 30 menit karena urobilinogen dapat teroksidasi menjadi urobilin (zat oranye). Uji dapat dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick).
Spesimen urin 24 jam
Kumpulkan urin 24 jam, masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin. Jika perlu tambahkan bahan pengawet. Jauhkan urin dari pajanan cahaya. Tunda pemberian obat yang dapat mempengaruhi hasil uji selama 24 jam atau sampai uji selesai dilakukan. Jika obat memang harus diberikan, cantumkan nama obat tersebut pada formulir laboratorium. Uji dilakukan dengan menggunakan strip reagen (dipstick).

Nilai Rujukan
Urin acak : negatif (kurang dari 2mg/dl>
Urin 2 jam : 0.3 – 1.0 unit Erlich
Urin 24 jam : 0.5 – 4.0 unit Erlich/24jam, atau 0,09 – 4,23 µmol/24 jam (satuan SI)

Masalah Klinis

Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.

Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.

Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.

Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Reaksi positif palsu
Pengaruh obat : fenazopiridin (Pyridium), sulfonamide, fenotiazin, asetazolamid (Diamox), kaskara, metenamin mandelat (Mandelamine), prokain, natrium bikarbonat, pemakaian pengawet formaldehid.
Makanan kaya karbohidrat dapat meninggikan kadar urobilinogen, oleh karena itu pemeriksaan urobilinogen dianjurkan dilakukan 4 jam setelah makan.
Urine yang bersifat basa kuat dapat meningkatkan kadar urobilinogen; urine yang dibiarkan setengah jam atau lebih lama akan menjadi basa.
Reaksi negatif palsu
Pemberian antibiotika oral atau obat lain (ammonium klorida, vitamin C) yang mempengaruhi flora usus yang menyebabkan urobilinogen tidak atau kurang terbentuk dalam usus, sehingga ekskresi dalam urine juga berkurang.
Paparan sinar matahari langsung dapat mengoksidasi urobilinogen menjadi urobilin.
Urine yang bersifat asam kuat.

Bilirubin Urin


    
                   Hati                                                                Perbedaan urine


Secara normal, bilirubin tidak dijumpai di urin. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urin jika terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urin.


Prosedur

Uji bilirubinuria dapat menggunakan reaksi diazo (dengan tablet atau dipstick), atau uji Fouchet (Harison spot test) dengan feri klorida asam (FeCl2). Uji bilirubinuria dengan reaksi diazo banyak dipakai karena lebih praktis dan lebih sensitif. Di antara dua macam uji diazo, uji tablet (mis. tablet Ictotest) lebih sensitif daripada dipstick.
Reaksi diazo
Kumpulkan spesimen urin pagi atau urin sewaktu/acak (random). Celupkan stik reagen (dipstick) atau tablet Ictotest. Tunggu 30 detik, lalu bandingkan warnanya dengan bagan warna pada botol reagen. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.

Uji Fouchet
Ke dalam 12 ml urin, tambahkan 3 ml barium klorida dan 3 tetes ammonium sulfat jenuh. Centrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Buang supernatant, tambahkan 2 tetes larutan Fouchet pada endapan. Amati perubahan warna yang terjadi.Reaksi negatif jika tidak tampak perubahan warna. Reaksi positif jika terjadi perubahan warna : hijau atau biru.
Pengujian harus dilakukan dalam waktu 1 jam, dan urin harus dihindarkan dari pajanan sinar matahari (sinar ultraviolet) langsung agar bilirubin tidak teroksidasi menjadi biliverdin.


Nilai Rujukan

Normal : negatif (kurang dari 0.5mg/dl)


Masalah Klinis

Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin yang mengadung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika digoncang-goncangkan akan timbul busa.

Obat-obatan yang dapat menyebabkan bilirubinuria : Fenotiazin – klorpromazin (Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon (Paraflex).


Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium
Uji dengan reaksi Diazo
Reaksi negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi berwarna merah (lihat pengaruh obat
Uji Fouchet
Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan pemeriksaan.
Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.

Jumat, 08 Juni 2012

PEMANTAPAN MUTU PRA-ANALITIK PEMERIKSAAN LABORATORIUM



Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit, monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.

Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik yang lebih cenderung kepada urusan administrasi, sedangkan proses pra analitik kurang mendapat perhatian.

Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61% dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. Proses pra-analitik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : pra-analitik ekstra laboratorium dan pra-analitik intra laboratorium. Proses-proses tersebut meliputi persiapan pasien, pengambilan spesimen, pengiriman spesimen ke laboratorium, penanganan spesimen, dan penyimpanan spesimen.


PERSIAPAN PASIEN
Persiapan pasien dimulai saat seorang dokter merencanakan pemeriksaan laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi tersebut dengan baik.

Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi, pasca donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.


PERSIAPAN PENGUMPULAN SPESIMEN
Spesimen yang akan diperiksa laboratorium haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Jenisnya sesuai jenis pemeriksaan
Volume mencukupi
Kondisi baik : tidak lisis, segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, tidak berubah bentuk, steril (untuk kultur kuman)
Pemakaian antikoagulan atau pengawet tepat
Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
Identitas benar sesuai dengan data pasien

Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis, dsb) disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen.

Tanyakan persiapan yang telah dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dsb. Catat apabila pasien telah mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, pasca transfusi, dsb. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.


1. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
bersih, kering
tidak mengandung deterjen atau bahan kimia
terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen
sekali pakai buang (disposable)
steril (terutama untuk kultur kuman)
tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume spesimen

2. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.


3. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen
Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan, seperti :
Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula
Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).
Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

4. Waktu Pengambilan
Penentuan waktu pengambilan spesimen penting untuk diperhatikan.
Umumnya pengambilan dilakukan pada waktu pagi (ideal)
Spesimen untuk kultur kuman diambil sebelum pemberian antibiotik
Spesimen untuk pemeriksaan GO diambil 2 jam setelah buang air yang terakhir
Spesimen untuk malaria diambil pada waktu demam
Spesimen untuk mikrofilaria diambil pada tengah malam
Spesimen dahak untuk pemeriksaan BTA diambil pagi hari setelah bangun tidur
Spesimen darah untuk pemeriksaan profil besi diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam


PENGAMBILAN SPESIMEN
Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen adalah :
Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang ada.
Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.
Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung untuk menghindari bahaya infeksi.
Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.
Memindahkan spesimen darah dari syringe harus memperhatikan hal-hal seperti berikut :
Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah sampling.
Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.
Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas, pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan cara aseptik
Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang ditambahkan tidak keliru.
Homogenisasi segera darah yang menggunakan antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.
Menampung spesimen urin
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar
Sebaiknya pasien diinstruksikan membuang urine yang mula-mula keluar sebelum mengumpulkan urine untuk diperiksa.
Untuk mendapatkan specimen clean catch diperlukan cara pembersihan lebih sempurna :
Mulut uretra dibersihkan dengan sabun dan kemudian membilasnya sampai bersih.
Penderita wanita harus lebih dulu membersihkan labia minora, lalu harus merenggangkannya pada waktu kencing.
Perempuan yang sedang menstruasi atau yang mengeluarkan banyak secret vagina, sebaiknya memasukkan tampon sebelum mengumpulkan specimen.
Bagian luar wadah urine harus dibilas dan dikeringkan setelah spesimen didapat dan keterangan tentang pemeriksaan harus jelas dicantumkan.
Menampung spesimen tinja
Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan colok dubur.
Masukkan sampel ke dalam wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, dapat ditutup rapat, dapat dibuka dengan mudah dan bermulut lebar.
Menampung spesimen dahakPenting untuk mendapatkan sekret bronkial dan bukan ludah atau sekret hidung.
Sediakan wadah yang bersih, kering, tidak terkontaminasi oleh bahan apapun, mudah dibuka, mudah ditutup, dan bermulut lebar. Untuk pewarnaan BTA, jangan gunakan wadah yang mengandung bercak lilin atau minyak, sebab zat ini dapat dilihat sebagai bintik-bintik tahan asam dan dapat menyulitkan penafsiran.
Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau duduk tegak
Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang kali sampai dahak keluar.
Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan akan tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari udara dan secepatnya dikirim ke laboratorium.

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :
Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :
Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat
pH menurun, hemokonsentrasi
PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke dalam sirkulasi darah
Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan pH menurun
Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :
trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang
kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat
Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :
natrium meningkat pada infus saline
kalium meningkat pada infus KCl
glukosa meningkat pada infus dextrose
PPT, APTT memanjang pada infus heparine.
kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun pada semua jenis infus
Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.
Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase, LDH, fosfatase asam total


IDENTIFIKASI SPESIMEN
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan pemberian identitas dapat merugikan.
Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis) sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.


PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM
Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.
Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-masing pemeriksaan.
Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan sudah sama.
Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka trombosit.
Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
PPT / APTT memanjang.
Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
Perkembangbiakan bakteri
Penundaan pengiriman sampel urine :
Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis dan pH.
Jamur akan berkembang biak
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat menghilang.Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 – 8 oC paling lama 8 jam.
Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.


PENANGANAN SPESIMEN
Identifikasi dan registrasi spesimen
Seluruh spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius
Patuhi cara pengambilan spesimen dan pengisian tabung yang benar
Gunakan sentrifus yang terkalibrasi
Segera pisahkan plasma atau serum dari darah dalam tabung lain, tempeli label
Segera distribusikan spesimen ke ruang pemeriksaan


PENYIMPANAN SPESIMEN
Penyimpanan spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim ke laboratorium lain
Lama penyimpanan harus memperhatikan, jenis pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya
Hindari penyimpanan whole blood di refrigerator
Sampel yang dicairkan (setelah dibekukan) harus dibolak-balik beberapa kali dan terlarut sempurna. Hindari terjadinya busa.
Simpan sampel untuk keperluan pemeriksaan konfirmasi / pengulangan
Menyimpan spesimen dalam lemari es dengan suhu 2-8ºC, suhu kamar, suhu -20ºC, -70ºC atau -120ºC jangan sampai terjadi beku ulang.
Untuk jenis pemeriksaan yang menggunakan spesimen plasma atau serum, maka plasma atau serum dipisahkan dulu baru kemudian disimpan.
Memberi bahan pengawet pada spesimen
Menyimpan formulir permintaan lab di tempat tersendiri

Waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :
Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator
Imunologi : 1 minggu dalam referigerator
Hematologi : 2 hari pada suhu kamar
Koagulasi : 1 hari dalam referigerator
Toksikologi : 6 minggu dalam referigerator
Blood grouping : 1 minggu dalam referigerator


Siapa yang Terlibat Dalam Proses Pra-Analitik?
Selalu ada beberapa orang yang terlibat dalam proses pra-analitik, yaitu pasien, dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium; mereka semua berbagi tanggung jawab terhadap mutu bahan spesimen dan harus memahami pentingnya tahap pra-analtik, serta mengenali kemungkinan penyebab kesalahan dan konsekuensi mereka untuk hasil pemeriksaan.


Komunikasi antara dokter, paramedis/perawat, petugas layanan transportasi, analis dan dokter laboratorium harus selalu ditingkatkan dalam bentuk komunikasi langsung, telepon, atau media lainnya. Lebih baik kalau laboratorium dapat membuat pedoman atau semacam SOP mengenai pengumpulan spesimen untuk penggunaan oleh bagian lain. Pedoman tersebut harus ditinjau ulang oleh supervisor laboratorium. Laboratorium juga perlu menetapkan prosedur untuk penanganan spesimen dan prosedur untuk manajemen spesimen (penerimaan atau penolakan spesimen).

Israel Batasi Air Warga Tepi Barat




Pembagian air oleh Israel di wilayah Tepi Barat, Palestina, menjadi gambaran betapa ketidakadilan masih menjadi momok di wilayah tersebut. Bagaimana tidak, warga Palestina harus berhemat karena mendapat pasokan minim, sementara warga Israel mendapat air yang berlimpah.

Diberitakan harian Perancis, Le Monde, pekan lalu, dikutip situs World Crunch, 2,3 juta warga Tepi Barat harus puas dengan dibukanya keran air selama 70 jam setiap 10 hari sekali oleh pemerintah zionis. Mereka harus berduyun-duyun menampung air untuk kebutuhan selama 10 hari.

Bisa dibayangkan, dalam waktu 10 jam, mereka harus memastikan persediaan untuk minum, masak, ternak, dan menyiram tanaman dapat terpenuhi. Jika persediaan kurang, mereka harus rela membeli air dari truk-truk tangki perusahaan Israel dengan harga tinggi.

Untuk setiap kubik meternya, mereka harus membayar sekitar Rp60.000, padahal pemilik truk hanya membeli air tersebut seharga Rp6.000. Pada musim panas, saat air berarti nyawa, keadaan semakin buruk.

"Mekorot, perusahaan air Israel, memotong pasokan air dan memberikannya kepada pemukim Yahudi. Ketika kami protes, mereka membantahnya. Air tetap mati selama berhari-hari," kata Youssef Dabassi, wakil walikota Targumiya, kota berpenduduk 20.000 orang dekat Hebron.

Walikota Hebron, Khaled Osaily, mengatakan bahwa setiap warganya hanya mendapatkan 50 liter perhari, sementara setiap pemukim Yahudi mendapatkan lebih dari 400 liter setiap hari.
Masalah ini sempat dibahas di parlemen Perancis. Jean Glavany, salah seorang anggota parlemen mengatakan bahwa Israel menerapkan politik apartheid dalam pembagian air. Dia menjelaskan, sekitar 450.000 warga Israel mendapatkan lebih banyak air daripada jutaan warga Palestina. Ini tidak adil.

Hal inilah yang menyebabkan maraknya penggalian air tanah oleh warga Tepi Barat. Glavany mengatakan, ini dianggap ilegal oleh Israel. "Sumur yang digali susah-susah oleh warga Palestina dihancurkan secara sistematis oleh tentara Israel. Di Timur Tengah, air bukan hanya sekedar sumber daya, tapi bisa menjadi senjata," kata Glavany.

Fitnah Medis Modern



Nabi Muhammad saw lebih mengkhawatirkan rangkaian fitnah sebelum munculnya fitnah Dajjal yang terjadi di tengah ummat Islam. Nabi sampai menyatakan bahwa barangsiapa dapat menyelamatkan diri dari segenap rangkaian fitnah tersebut berarti ia sangat potensial untuk dapat selamat dari fitnah yang paling dahsyat sepanjang zaman, yaitu fitnah Dajjal.







عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ

وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ

مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ

Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.”(HR Ahmad V/389)

sebelum Dajjal muncul untuk menebar fitnah dan kekacauan ke seluruh dunia, maka dunia sudah sangat heboh dengan hadirnya aneka fitnah di segenap lini kehidupan seolah menyambut kedatangan puncak fitnah, yaitu Dajjal. Nabi menjamin tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Artinya, barangsiapa sebelum kedatangan Dajjal sudah cukup sensitif dan cukup cerdas untuk membentengi diri dan keluarganya dari berbagai fenomena kehidupan modern yang pada umumnya sudah mengalami kontaminasi nilai, maka sangat besar kemungkinan iapun bakal selamat dari puncak fitnah, yaitu Dajjal. Dan tentu sebaliknya pun bakal terjadi, yaitu barangsiapa yang terjebak oleh satu apalagi lebih rangkaian fitnah sebelum keluarnya Dajjal, berarti ia telah menyebabkan diri dan keluarganya terperangkap ke dalam puncak fitnah yaitu Dajjal.

Rangkaian fitnah sebelum munculnya Dajjal meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Ia mencakup fitnah ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hiburan, informasi, medis, militer, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan. Potensi seseorang terjebak kepada salah-satu fitnah sebelum Dajjal sangat menentukan seberapa jauh -pada gilirannya- ia bakal selamat atau malah ikut terjerat ke dalam fitnah Dajjal. Jeratan rangkaian fitnah akan mengincar setiap orang sesuai kecenderungan dirinya. Ada yang terjerat oleh fitnah ideologi, ada yang terjerat oleh fitnah politik, ada yang terjerat oleh fitnah hiburan atau informasi.

Dalam kesempatan ini kami ingin mengangkat soal jeratan fitnah medis modern. Ahmad Thomson menulis dalam kitabnya Sistem Dajjal bahwa aspek medis modern termasuk salah satu pilar yang menopang beroperasinya Sistem Dajjal. Coba perhatikan cuplikan tulisan beliau di bawah ini:

”Selama lima puluh tahun terakhir, sistem rumah sakit kafir termasuk salah satu bagian yang penting dalam proses produsen-konsumen. Sistem ini didirikan untuk menjaga kesehatan masyarakat agar selalu siap bekerja. Padahal justru akibat cara hidup masyarakat yang wajib berpijak pada tata-cara proses produsen-konsumen, maka muncul berbagai penyakit. Sistem kafir, yaitu sistem Dajjal, menciptakan penyakit-penyakitnya sendiri, dengan demikian menciptakan kerja bagi mereka yang bekerja di sistem rumah sakit.

Sistem rumah sakit dijalankan bak sebuah bisnis. Semua orang diupah untuk pekerjaannya. Banyak sekali orang yang menggantungkan kelangsungan hidupnya pada sakitnya orang lain – dan dengan cara hidup yang mau tak mau muncul dan berkembang akibat cara kerja negara produsen-konsumen modern, maka terjaminlah pasokan orang sakit dalam jumlah yang sangat besar, cukup untuk menyibukkan dan melestarikan bisnis sistem rumah sakit, sekaligus menjamin adanya pekerjaan yang langgeng dan menguntungkan bagi begitu banyak bisnis terkait lainnya, yang memasok peralatan dan obat-obatan ke rumah sakit-rumah sakit dan dokter-dokter.”

Jadi, sistem medis modern pada hakikatnya berdiri di atas fondasi faham materialisme. Ia merupakan sebuah bisnis yang beroperasi dengan proses produsen-konsumen. Sistem medis modern sejatinya tidak bermaksud untuk benar-benar menyembuhkan masyarakat dari berbagai penyakit yang mereka derita. Ia mengandalkan obat-obatan kimiawi yang sesungguhnya dibuat dari zat-zat toxic (racun) yang malah menimbulkan berbagai problem baru bila dikonsumsi pasien. Perhatikan lebih lanjut tulisan Ahmad Thomson berikut ini:

”Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan baksebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut.”


Padahal jelas Nabi Muhammad bersabda bahwa bagi setiap penyakit ada penawarnya, kecuali penyakit usia lanjut. Dan Nabi melarang untuk berobat dengan zat yang diharamkan Allah.

”Mereka (para sahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah kami berobat?" Beliau menjawab, "Ya, wahai hamba-hamba Allah. Sesungguhnya Allah meletakkan penyakit dan diletakkan pula penyembuhannya, kecuali satu penyakit yaitu penyakit ketuaan (pikun)". (HR. Ashabussunnah)

Rasulullah bersabda: ”Allah tidak menjadikan penyembuhanmu dengan apa yang diharamkan atas kamu.” (HR. Al-Baihaqi)

Oleh karena itu kita sangat heran melihat bagaimana para dokter medis modern begitu royal menulis resep berupa antibiotik kelas berat bagi para pasiennya. Namun bilamana anak atau keluarganya sendiri yang sakit sang dokter sedapat mungkin menghindari memberikan antibiotik kepada mereka. Sebab sesungguhnya ia sangat mengerti betapa berbahayanya zat-zat yang terkandung di dalam antibiotik tadi. Sehingga Ahmad Thomson selanjutnya menulis:

”Nabi Muhammad pernah menerima kiriman abat-obatan mahal dari Mesir. Beliau mengembalikannya beserta sebuah pesan yang menyatakan bahwa cara hidup beliau adalah obat dan pengobatan yang terbaik. Begitu sempurnanya keseimbangan hidup beliau, sehingga beliau hanya pernah menderita sakit ketika ada yang berusaha meracuni makanan beliau atau berusaha menyihir beliau. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa bila hati baik maka seluruh tubuh akan baik, dan bila hati rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh.”

Di samping itu kita juga tahu bahwa bentuk pengobatan cara Nabi ialah mengkonsumsi zat-zat natural dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (herbal) seperti habbatus-sauda (jintan hitam) atau aneka madu serta hijamah (berbekam). Sangat kontras dengan medis modern yang mengandalkan obat-obatan kimiawi yang banyak mengandung side-effects yang sangat berpotensi merusak ginjal, lever dan pada akhirnya jantung. 

Mindset umat manusia sangat diarahkan untuk bergantung kepada sistem medis modern. Sedikit-sedikit pergi ke dokter manakala sakit. Sedikit-sedikit minum obat analgesik begitu pusing atau demam. Pada saat yang bersamaan para pekerja medis modern itu telah di-brain-wash untuk memandang sebelah mata akan Thibbun-Nabawy(sistem pengobatan ala Rasulullah). 

Para dokter ditanamkan kecurigaan dan kesangsian mereka akan praktek berbekam ala Nabi, misalnya. Kalaulah yang ragu dan sangsi dari kalangan dokter non-muslim kita masih bisa maklumi. Tapi yang jadi masalah disini ialah keraguan yang muncul dari para dokter muslim bahkan sering hadir di pengajian...! Sungguh dahsyat rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yakni Dajjal.

Ya Allah kami berlindung kepadaMu dari rangkaian fitnah yang merebak sebelum datangnya puncak fitnah, yaitu Dajjal. Ya Allah tunjuki kami jalan-jalan keluar dari setiap fitnah yang datang menggoda hidup kami. Amin ya Rabb.

Glukosa Urin





Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea), elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa) diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.


Kurang dari 0,1% glukosa yang disaring oleh glomerulus terdapat dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui (kadar glukosa darah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.


Prosedur

Uji glukosa urin konvensional menggunakan pereaksi Benedict atas dasar sifat glukosa sebagai zat pereduksi. Cara ini tidak spesifik karena beberapa pereduksi lain dapat mengacaukan hasil uji. Beberapa gula lain bisa menyebabkan hasil uji reduksi positif misalnya fruktosa, sukrosa, galaktosa, pentose, laktosa, dsb. Beberapa zat bukan gula yang dapat mengadakan reduksi seperti asam homogentisat, alkapton, formalin, glukoronat. Pengaruh obat : streptomisin, salisilat kadar tinggi, vitamin C, dsb.

Metode carik celup (dipstick) dinilai lebih bagus karena lebih spesifik untuk glukosa dan waktu pengujian yang amat singkat. Reagen strip untuk glukosa dilekati dua enzim, yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna (kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika teroksidasi.

Prosedur uji yang akan dijelaskan di sini adalah uji dipstick. Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu. Celupkan strip reagen (dipstick) ke dalam urin. Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan warna. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan secara visual.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji dipstick adalah :
Hasil uji positif palsu dapat disebabkan oleh : bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida, hipoklorit, atau klorin) dalam wadah sampel urin, atau urine yang sangat asam (pH di bawah 4)
Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh : pengaruh obat (vitamin C, asam hogentisat, salisilat dalam jumlah besar, asam hidroksiindolasetat), berat jenis urine > 1,020 dan terutama bila disertai dengan pH urine yang tinggi, adanya badan keton dapat mengurangi sensitivitas pemeriksaan, infeksi bakteri.

Nilai Rujukan

Uji glukosa urin normal = negatif (kurang dari 50mg/dl)


Masalah Klinis

Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah; oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Jika nilai ambang ginjal begitu rendah bahkan kadar glukosa darah normal menghasilkan kondisi glukosuria, keadaan ini disebut sebagai glycosuria ginjal.

Pengecatan Gram dan Pengecatan BTA





1. Pengecatan Gram

Pengertian : adalah tata cara laboratorium untuk mengindentifikasi kuman melalui pengecatan Gram. 

Tujuan : Diagnosis

Sampel : Swab, pus, urine, darah faeces, liquor, pleura, ascites, sputum, dll ciran darah.

Alat :
- Lampu spiritus
- Pipet Pasteur
- Obyek Glass
- Jembatan pengecatan
- Mikroskop

Reagen :
1. Larutan Gram A (Carbol Gentian Violet) :
a. Gentian Violet 1 gr
b. Alkohol 96% 10 ml
c. Phenol Kristal 1 gr
d. Aquadest 90 ml

2. Larutan Gram B (lugol)
a. Yodium 1 gr
b. Kalium Yodida 2 gr
c. Aquadest 300 ml

3. Larutan gram C (Alkohol 96%)

4. Larutan Gram D ( Solution fuchsin 1%)
a. Basic Fuchsin 1 gr
b. Aquadest 100 ml

Cara kerja :
a. Mempersiapkan alat-alat yang akan diperlukan
b. Mempersiakan reagensia yang diperlukan
c. Membuat preparat / sediaaan
d. Mengeringkan dan memfiksasi preparat diatas nyla api spiritus
e. Melakukan pengecatan :
  1. Meletakan preparat diatas jembatan pengecatan
  2. Menuanggi preparat dengan larutan Gram A selama 4 menit
  3. Mencuci preparat dengan air mengalir sebentar lalu menuangginya dengan larutan Gram b selama 1 menit
  4. Mencuci preparat deangan air mengalir sebentar lalu menuanginya dengan larutan Gram C goyang-goyang
  5. Mencuci preparat deangan air mengalir sebentar lalu menuanginya dengan larutan Gram D selama 5 menit
  6. Mencuci preparat deangan air mengalir lalu membiarkan mongering di udara ( kering angin)
  7. Mengamati preparat dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat untuk mencari adanya bakteri gram ( + ) dan Gram ( - ).


2. Pengecatan BTA
Pengertian : Cara mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam melalui pengecatan menurut Ziehl Nielsen
Tujuan : Diagnosis
Sampel : sputum, lesi, Swab, pus, urine, darah, faeces, liquor, pleura, ascites
Alat :
- Spirtus
- Obyek glass
- Jembatan pengecatan
- Ose dan mikroskop
- Pipet pasteur

Reagen :
1. Carbol fuchsin :
- Basic fuchsin 3,0 gr
- Etanol/methanol 100 ml
- Kristal phenol 45 gr
- Aquadest 900 ml

2. larutan dekolorisasi :
- HCl pekat 30 ml
- Etanol 970 ml

3. pewarna kontras :
- Methylen blue khlorida 30 ml
- Air suling/aquadest 1000 ml

Cara kerja :
  1. Mempersiapkan alat-alatnyang di perlukan
  2. Mempersiapkan reagensia
  3. Membuat preparat/sediaan dari bagian spesimen yang purulen/berdarah, menghapus spesimen pada bagian tengah obyek glass ukuran 2 x 3 cm, menulis nomor urut sesuai register Lab TB 04 di sebelah pinggir obyek glass
  4. Membakar ose sampai membara setelah setiap mengerjakan 1 spesimen
  5. Mengeringkan dan memfiksasi preparat di atas nyala api lampu spirtus


Melakukan pengecatan :
  1. Meletakkan preparat diatas jembatan pengecatan
  2. Menuangi preparat dengan carbol fuchsin
  3. Memanaskan dari bawah setiap sediaan dengan lampu spirtus sampai keluar uap, api harus selalu di gerakkan, dihentikan bila sudah timbul uap
  4. Mendinginkan selama 5 menit atau lebih, jangan sampai pewarna kering
  5. Mencuci dengan air mengalir, memiringkan setiap sediaan untuk mengalirkn air yang berlebih
  6. Mencuci sediaan dengan decolorasi sampai tidak ada pewarna carbol fuchsin, maksimal 3 menit
  7. Mencuci dengan air mengalir
  8. Menggenangi tiap sediaan dengan pewarna kontras 30 menit
  9. Mencuci lagi setiap sediaan dengan air mengalir, memiringkan sediaan untuk mengurangi air yang berlebih, mengeringkan di udara terbuka
  10. Mengamati preparat di bawah mikroskop dengan pembesaran kuat (100x) untuk mencari adanya bakteri tahan asam (BTA)

Helicobacter Pylori


Definisi Helicobacter Pylori

Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu bakteri yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia. Bakteri ini juga adalah penyebab yang paling umum dari borok-borok (ulcers) diseluruh dunia. Infeksi H. pylori kemungkinan besar didapat dengan memakan makanan dan air yang tercemar (terkontaminasi) dan melalui kontak orang ke orang. Di Amerika, 30% dari populasi orang dewasa terinfeksi. 50% dari orang-orang yang terinfeksi adalah terinfeksi pada umur 60 tahun. Infeksi lebih umum pada kondisi-kondisi hidup yang penuh sesak dengan sanitasi yang jelek. Pada negara-negara dengan sanitasi yang jelek, 90% dari populasi dewasa dapat terinfeksi. Individu-individu yang terinfeksi biasanya membawa infeksi terus menerus (tak terbatas) hingga mereka dirawat dengan obat-obat untuk membasmi bakteri. Satu dari setiap tujuh pasien dengan infeksi H. pylori akan mengembangkan borok-borok duodenum (usus dua belas jari) atau lambung. H. pylori juga berhubungan dengan kanker perut dan suatu tipe yang jarang dari tumor lymphocytic dari perut yang disebut MALT lymphoma.
Mendiagnosis Infeksi Helicobacter Pylori

Tes-tes yang akurat dan mudah untuk mendeteksi infeksi H. pylori tersedia. Mereka termasuk tes-tes darah antibodi, tes-tes napas urea, tes-tes antigen tinja , dan biopsi-biopsi endoskopi.
Tes-tes darah untuk kehadiran antibodi-antibodi dari H. pylori dapat dilaksanakan secara mudah dan cepat. Bagaimanapun, antibodi-antibodi darah dapat bertahan bertahun-tahun setelah pembasmian H. pylori dengan antibiotik-antibiotik. Oleh karenanya, tes-tes antibodi darah mungkin baik untuk mendiagnosis infeksi, namun mereka tidak baik untuk menentukan apakah antibiotik-antibiotik telah membasmi secara sukses bakteri-bakterinya.

Tes napas urea [urea breath test (UBT)] adalah suatu tes yang aman, mudah dan akurat untuk kehadiran dari H. pylori didalam perut/lambung. Tes napas bersandar pada kemampuan dari H. pylori mengurai kimia yang terjadi secara alami, urea, kedalam karbondioksida yang diserap dari perut dan dieliminasi dari tubuh dalam napas. Sepuluh sampai 20 menit setelah menelan sebuah kapsul yang mengandung suatu jumlah yang sangat kecil dari urea yang beradioaktif, suatu contoh napas diambil dan dianalisa untuk karbondioksida yang beradioaktif. Kehadiran dari karbondioksida yang beradioaktif dalam napas (sebuah tes yang positif) berarti bahwa ada infeksi yang aktif. Tes menjadi negatif (tidak ada karbondioksida beradioaktif dalam napas) tidak lama sesudah pembasmian bakteri dari perut dengan antibiotik-antibiotik. Meskipun faktanya bahwa individu-individu yang mempunyai tes napas terpapar pada suatu jumlah yang kecil dari radioaktif, tes napas telah dimodifikasi sehingga ia juga dapat dilaksanakan dengan urea yang tidak beradioaktif.
Endoskopi adalah suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis H. pylori begitu juga peradangan dan borok-borok yang disebabkan olehnya. Untuk endoskopi, dokter memasukkan suatu tabung peneropong yang lentur (endoscope) melalui mulut turun ke kerongkongan (esophagus), dan kedalam lambung dan duodenum. Sewaktu endoskopi contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dari lapisan lambung dapat diangkat/diambil. Sebuah contoh biopsi diletakkan diatas sebuah kaca mikroskop khusus yang mengandung urea (contoh, CLO test slides). Jika ureanya diurai oleh H. pylori didalam biopsi, ada suatu perubahan warna sekeliling biopsi pada kaca mikroskop. Ini berarti ada suatu infeksi dengan H. pylori didalam perut/lambung.

Tes yang paling akhir dikembangkan untuk H. pylori adalah suatu tes dimana kehadiran bakteri dapat didiagnosis dengan sebuah contoh dari feces/tinja. Tes menggunakan suatu antibodi dari H. pylori untuk memastikan jika H. pylori hadir dalam feces/tinja. Jika ya, itu berarti H. pylori menginfeksi perut. Seperti tes napas urea, sebagai tambahan pada diagnosis infeksi dengan H. pylori, feces dapat digunakan untuk menentukan apakah pembasmian telah efektif tidak lama kemudian setelah perawatan.
Tujuan Merawat H. pylori

Infeksi kronis dengan H. pylori melemahkan pertahanan-pertahanan alami dari lapisan perut terhadap aksi/tindakan dari asam yang mebuat borok. Obat-obat yang menetralkan asam lambung (antacids), dan obat-obat yang mengurangi pengeluaran asam didalam lambung (H2-blockers dan proton pump inhibitors atau PPIs) telah digunakan secara efektif bertahun-tahun untuk merawat borok-borok. H2-blockers, termasuk ranitidine (Zantac), famotidine (Pepcid), cimetidine (Tagamet), dan nizatidine (Axid). PPIs termasuk omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), pantoprazole (Protonix), dan esomeprazole (Nexium). Antacids, H2-blockers dan PPIs, bagaimanapun, tidak membasmi H. pylori dari perut, dan borok-borok (ulcers) seringkali segera kembali setelah obat-obat ini dihentikan. Karenanya, antacids, H2-blockers atau PPIs harus diminum setip hari untuk bertahun-tahun untuk mencegah kekambuhan dari borok-borok dan komplikasi-komplikasi dari borok-borok seperti perdarahan, perforasi/pelubangan, dan gangguan perut. Pembasmian dari H. pylori mencegah kembalinya borok-borok dan komplikasi-komplikasi borok bahkan setelah obat-obat dihentikan. Pembasmian dari H. pylori juga adalah penting dalam merawat kondisi yang jarang yang dikenal sebagai MALT lymphoma dari perut. Perawatan dari H. pylori untuk mencegah kanker perut adalah kontroversial dan didiskusikan kemudian.
Merawat H. pylori H. pylori adalah sulit untuk dibasmi dari perut karena ia mampu mengembangkan perlawanan terhadap antibiotik-antibiotik yang biasa digunakan. Oleh karenanya, dua atau tiga antibiotik-antibiotik biasanya diberikan bersama dengan suatu campuran yang mengandung PPI dan/atau bismuth untuk membasmi bakteri. Bismuth dan PPIs mempunyai efek-efek anti H. pylori. Contoh-contoh dari kombinasi-kombinasi obat-obat yang efektif adalah:

Suatu PPI, amoxicillin (Amoxil) dan clarithromycin (Biaxin) Suatu PPI, metronidazole (Flagyl), tetracycline dan bismuth subsalicylate Kombinasi-kombinasi dari obat-obat ini dapat diharapkan menyembuhkan 70%-90% dari infeksi-infeksi. Bagaimanapun, studi-studi telah menunjukkan bahwa perlawanan dari H. pylori (kegagalan dari antibiotik-antibiotik untuk membasmi bakteri-bakteri) pada clarithromycin adalah umum diantara pasien-pasien yang mempunyai paparan sebelumnya pada clarithromycin atau antibiotik-antibiotik macrolide lainnya yang secara kimia serupa (seperti erythromycin). Dengan cara yang ama, perlawanan H. pylori pada metronidazole adalah umum diantara pasien-pasien yang mempunyai paparan sebelumnya pada metronidazole. Pada pasien-pasien ini, dokter-dokter harus mencari konbinasi-kombinasi lain dari antibiotik-antibiotik untuk merawat H. pylori. Perlawanan (resistensi) terhadap antibiotik adalah penyebab yang lain mengapa antibiotik-antibiotik harus digunakan secara hati-hati dan bijaksana untuk sebab-sebab yang benar, dan penggunaan antibiotik-antibiotik yang sembarangan untuk sebab-sebab yang tidak pantas harus tidak dilakukan.

Beberapa dokter mungkin ingin memastikan pembasmian dari H. pylori setelah perawatan dengan suatu tes napas urea atau suatu tes feces, terutama jika telah ada komplikasi-komplikasi serius dari infeksi seperti perforasi/pelubangan atau perdarahan didalam lambung atau duodenum. Biops-biopsi endoskopi untuk memastikan pembasmian bakteri adalah tidak perlu, dan tes-tes darah adalah tidak baik untuk memastikan pembasmian karena akan memakan waktu berbulan-bulan untuk antibodi-antibodi dari H. pylori untuk berkurang. Tes-tes terbaik untuk memastikan pembasmian adalah tes-tes napas dan feces yang telah dibahas sebelumnya. Pasien-pasien yang telah gagal untuk membasmi H. pylori dengan perawatan dirawat kembali, seringkali dengan suatu kombinasi berbeda dari obat-obatan.
Siapa Yang Harus Menerima Perawatan ?

Ada suatu konsensus umum diantara dokter-dokter bahwa pasien-pasien harus dirawat jika mereka terinfeksi dengan H. pylori dan mempunyai borok-borok (ulcers). Tujuan dari perawatan adalah untuk membasmi bakteri, menyembuhkan borok-borok, dan mencegah kembalinya borok-borok. Pasien-pasien dengan MALT lymphoma dari perut juga harus dirawat. MALT lymphoma adalah jarang, namun tumor seringkali mundur dengan cepat atas pembasmian yang sukses dari H. pylori.
Pada saat ini tidak ada rekomendasi yang formal untuk merawat pasien-pasien yang terinfeksi H. pylori tanpa penyakit borok atau MALT lymphoma. Karena kombinasi-kombinasi antibiotik dapat mempunyai efek-efek sampingan dan kanker-kanker perut adalah jarang di Amerika, dirasakan bahwa risiko-risiko perawatan untuk membasmi H. pylori pada pasien-pasien tanpa gejala-gejala atau borok-borok mungkin tidak membenarkan manfaat-manfaat yang tidak terbukti dari perawatan untuk tujuan pencegahan kanker perut. Pada sisi lain, infeksi H pylori diketahui menyebabkan atrophic gastritis (peradangan kronis dari perut yang menjurus pada berhentinya pertumbuhan lapisan dalam perut). Beberapa dokter-dokter percaya bahwa atrophic gastritis dapat menjurus pada perubahan-perubahan sel (intestinal metaplasia) yang dapat menjadi pelopor dari kanker perut. Studi-studi telah menunjukkan bahwa pembasmian H.pylori dapat membalikkan atrophic gastritis. Jadi, beberapa dokter-dokter merekomendasikan perawatan dari pasien-pasien yang bebas borok dan gejala yang terinfeksi H. pylori.

Banyak dokter-dokter percaya bahwa dyspepsia mungkin berhubungan dengan infeksi H. pylori. Meskipun masih belum jelas apakah H. pylori menyebabkan dyspepsia, banyak dokter-dokter akan memeriksa pasien-pasien dengan infeksi H. pylori dan merawat mereka jika infeksi hadir.

Ilmuwan-ilmuwan yang sedang mempelajari genetik-genetik dari H. pylori telah menemukan tipe-tipe (strain) berbeda dari bakteri-bakteri. Beberapa tipe-tipe dari H. pylori tampaknya lebih mudah menyebabkan borok-borok dan kanker perut. Penelitian lebih lanjut pada area ini mungkin membantu dokter-dokter untuk memilih secara cerdas pasien-pasien yang memerlukan perawatan. Vaksinasi terhadap H. pylori tampaknya tidak tersedia dalam waktu yang dekat.

Pemeriksaan untuk memonitor status HIV bagi ODHA


Tes laboratorium berkala merupakan salah satu bagian terpenting dari perawatan kesehatan HIV. Tes laboratorium ini merupakan bagian dari perencanaan pengobatan yang berfungsi untuk memonitor perkembangan HIV dalam tubuh anda, selain juga memberi informasi untuk membantu dalam penentuan jenis rejimen pengobatan - apakah anda sudah layak memulai pengobatan, menghentikan atau mengubah pengobatan. Komitmen anda untuk secara berkala melakukan monitor hasil laboratorium sangatlah penting untuk dapat memegang kendali terhadap kesehatan anda. Banyak orang merasa perlu untuk mengetahui dan mengerti tentang aspek perawatan kesehatan ini untuk dapat menerima status HIV mereka.


Terdapat beberapa jenis tes laboratorium yang digunakan untuk memonitor HIV. Keempat tes yang paling umum adalah viral load, jumlah CD4, tes darah lengkap dan tes kimia darah. Keempat jenis tes ini adalah tes darah dan merupakan tes paling komprehensif yang ada untuk memonitor kesehatan seeorang dengan HIV. Tergantung dari kesehatan dan apakah anda sedang dalam rejimen pengobatan, kebanyakan dokter akan melakukan tes ini setiap tiga hingga enam bulan. Karena tes-tes ini digunakan untuk memonitor kesehatan anda secara keseluruhan dengan membandingkan dengan hasil-hasil tes yang lalu, sangatlah penting untuk mengetahui kapan anda pertama kali didiagnosa atau kapan anda memulai pengobatan dalam melakukan tes laboratorium sehingga terdapat titik awal untuk perbandingan.
Untuk membaca hasil tes anda, dalam ringkasan laporan biasanya anda dapat melihat daftar jenis tes yang dilakukan, hasil tes tersebut serta rentang angka referensi. Hasil tes biasanya dilaporkan dalam bentuk angka absolut yang diukur per unit tertentu atau dalam persentase, yang kemudian dapat dibandingkan dengan rentang angka referensi yang diberikan untuk jenis tes tersebut. Rentang angka referensi diperoleh dari sampling sejumlah orang-orang sehat untuk menentukan rentang rata-rata. Hasil tes seseorang seharusnya jatuh di antara angka rata-rata tersebut untuk dapat dianggap masuk dalam rentang - normal.


Viral load

Tes ini dilakukan untuk mengukur jumlah HIV dalam darah (kopi/mL). Terdapat dua jenis tes viral load: polymerase chain reaction (PCR) atau branched DNA (b-DNA). Dari ringkasan hasil tes anda dapat mengetahui jenis tes yang digunakan. Walaupun kedua tes ini memberikan kesimpulan yang hampir sama, hasil tes dari dua jenis tes laboratorium ini tidak sebanding. Karenanya, walaupun hasil kedua tes tersebut pada dasarnya memberikan informasi yang sama, sangatlah penting untuk hanya menggunakan salah satu agar memberikan perbandingan yang konsisten.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mencapai atau sedekat mungkin mencapai tingkat tidak terdeteksi. Untuk tes viral load PCR, angka yang dianggap tidak terdeteksi adalah kurang dari 50 kopi HIV dalam darah, dan untuk tes viral load b-DNA, angka ini adalah kurang dari 400 kopi HIV dalam darah. Anda disarankan untuk melakukan tes viral load setiap tiga bulan. Butuh waktu antara empat hingga tujuh hari bagi laboratorium untuk memproses hasil tes ini.


Jumlah CD4

Tes ini mengukur jumlah sel CD4 (T sel) dalam tubuh anda, berdasarkan kesehatan sistim kekebalan tubuh anda. Fokus dari tes ini adalah untuk mengukur jumlah CD4 absolut. Jumlah CD4 absolut adalah jumlah sel CD4 yang ada dalam sistim kekebalan tubuh anda. Sel CD4 merupakan bagian dari sistim kekebalan tubuh yang bertugas untuk melawan infeksi dan juga merupakan sel-sel yang secara langsung menjadi sasaran HIV. Dalam perkembangannya, HIV mengambil alih sel CD4, memanfaatkan sel-sel ini untuk bereplikasi, dan dalam proses tersebut membunuh sel CD4 yang asli. Hal inilah mengapa tes jumlah CD4 menjadi indikator yang berguna untuk menentukan kesehatan sistim kekebalan tubuh. Semakin banyak jumlah sel CD4, semakin kuat sistim kekebalan tubuh anda. Biasanya seseorang yang hidup dengan HIV dianjurkan untuk memonitor jumlah CD4 mereka untuk memastikan jumlahnya di atas 200. Namun bila jumlah CD4 anda di bawah 200, anda dianjurkan untuk bekerjasama dengan dokter untuk memulai rejimen pengobatan atau melakukan perbaikan dalam rejimen obat yang kini anda konsumsi. Dengan tes jumlah CD4, anda dianjurkan untuk melakukan tes begitu anda dites positif HIV, kemudian secara berkala tiap tiga hingga enam bulan. Biasanya laboratorium butuh waktu dua minggu untuk memproses tes ini.


Tes darah lengkap

Tes ini mengukur tiap komponen dalam darah. Tes darah lengkap sangat penting karena beberapa jenis obat-obatan dapat menyebabkan rendahnya jumlah darah merah atau darah putih, yang kemudian dapat menyebabkan anemia atau kelainan darah lain. Tes ini mengukur jumlah sel darah putih, hemoglobin, hematocrit dan platelet dalam darah. Dengan menggunakan tes ini, jumlah sel darah putih yang tinggi dapat berarti tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi yang mungkin tidak terdeteksi; jumlah sel darah merah yang rendah dengan hemoglobin dan hematocrit bisa jadi merupakan anemia akibat konsumsi obat HIV; dan jumlah platelet yang rendah dapat mempengaruhi pembekuan darah. Tes ini berbeda dengan tes viral load atau tes jumlah CD4 karena tidak secara langsung memperlihatkan perkembangan berkenaan dengan HIV, tetapi tetap membantu dengan memonitor kesehatan keseluruhan seseorang. Dengan tes darah lengkap dianjurkan anda melakukan tes tiap tiga bulan bila anda dalam rejimen pengobatan. Bila anda tidak mengkonsumsi obat-obatan HIV, tes ini seharusnya menjadi bagian dari tes fisik tahunan anda. Tes ini butuh satu hari untuk diproses laboratorium.


Skrining kimia darah

Tes ini merupakan skrining umum untuk mengukur apakah organ-organ tubuh anda (jantung, hati, ginjal, pankreas), otot dan tulang, bekerja dengan benar dengan mengukur kimia-kimia tertentu dalam darah. Tes ini penting untuk mendeteksi infeksi atau efek samping obat. Salah satu fokus terpenting dalam tes ini adalah monitor ensim hati. Hati merupakan organ tubuh penting karena hati membantu memproses obat-obatan, dan karena obat-obatan ini menuntut lebih banyak dari hati anda, ada kemungkinan terjadi toksisitas hati yang dapat mempengaruhi kesehatan umum anda. Albumin, alkalin, fosfat dan bilirubin juga perlu dimonitor untuk memastikan hati anda bekerja dengan baik. Fokus penting lain adalah untuk memonitor tingkat lipid jantung anda. Tes ini membantu memonitor kolesterol LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol sehat) serta trigliserida. Mengenal jenis-jenis lipid ini sangatlah penting untuk membantu memonitor kemungkinan penyakit jantung. Tes kimia darah ini sebaiknya dilakukan setiap tiga bulan, hasilnya dapat diperoleh dalam dua atau tiga hari kerja.
Tes laboratorium merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan komprehensif anda dengan membantu memonitor perkembangan HIV dalam tubuh anda. Tes-tes ini dapat menjadi indikator untuk mendeteksi masalah-masalah kesehatan. Namun, ketika anda menggunakan hasil lab sebagai perbandingan dalam memonitor kesehatan anda, perlu juga untuk memahami bahwa suatu hasil tes yang tidak terduga belum tentu mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang serius, yang lebih penting adalah untuk melihat tren dari hasil tes dalam jangka waktu tertentu, daripada hanya berpatokan pada satu hasil tes saja. Selain itu, terdapat banyak faktor dapat membuat hasil tes darah anda berbeda, ingatlah: bila anda tidak nyaman dengan tes darah pertama anda, minta dokter untuk mengulang tes. Penting untuk semua orang untuk memiliki pengertian umum tentang cara membaca ringkasan hasil tes laboratorium. Namun, lebih penting lagi untuk berbicara dengan dokter anda mengenai hasil lab anda dan minta kepadanya untuk mengartikan hasil tes dan bagaimana hasil tersebut dapat mempengaruhi perencanaan pengobatan anda.

Trichomonas vaginalis / Wet prep test



Trikomoniasis adalah infeksi Trichomonas vaginalis yang merupakan protozoa patogen pada saluran genito-urinaria manusia. Berbagai macam gejala klinis dapat ditemukan baik pada wanita maupun pria dan diagnosis pasti adalah dengan menemukan organisme ini. Hingga saat ini metronidasol masih merupakan obat pilihan untuk trikomoniasis.

ETIOLOGI Trikomonas adalah suatu organisme eukaryotik yang termasuk kelompokmastigophora, mempunyai flagel, dengan ordo trichomonadida. Terdapat lebih dari 100 spesies, sebagian besar trichomonas merupakan organisme komensal pada usus mamalia dan burung. Terdapat 3 spesies yang sering ditemukan pada manusia yaitu Trichomonas vaginalis yang merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas tenax dan Pentatrichomonas hominis merupa-kan trichomonas non patogen yang ditemukan di rongga mulut untuk Trichomonas tenax dan usus besar untuk Pentatrichomonas
hominis .

Nama Trichomonas vaginalis sebenarnya salah, karena juga ditemukan di uretra wanita dan tidak jarang ditemukan di uretra pria.

Organisme ini berbentuk oval atau fusiformi, atau seperti buah pir dengan panjang rata-rata 15 mm dengan tanda khas selalu berpindah tempat. Intinya terletak anterior, antara inti dan permukaan ujung yang lebih luas terdapat 1 atau lebih struktur yang membulat yang disebut blepharoplasts dan dari tempat inilah keluar keempat flagel. Flagel kelima berbentuk membran bergelombang yang berasal dari kompleks kinetosomal dan terbentang sepanjang setengah dari organisme ini

Pergerakannya dengan kedutan yang didorong oleh keempat flagel anterior, kecepatan dan aktivitas hentakannya yang khas menyebabkan organisme ini mudah diidentifikasi pada sediaan segar.

Trichomonas vaginalis tumbuh di lingkungan yang basah dengan suhu 35-37º C dengan pH antara 4,9-7,5

Trichomonas vaginalis tidak menyerang jaringan di sebelah bawah dinding vagina, ia hanya ada di rongga vagina; sangat jarang ditemui di tempat lain. Lingkungan vagina sangat disukai oleh organisme ini

Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan reaksi radang pada rongga vagina yang didominasi oleh sel lekosit polymorphonuclear (PMN). Trichomonas vaginalis dan ekstraknya dapat merangsang kemotaktik sel lekosit PMN, yang mungkin mempengaruhi perkembangan gejalanya.

Mekanisme lengkap penghancuran sel epitel vagina yang diserang oleh Trichomonas vaginalis belum diketahui dengan pasti.

Pria yang mengandung Trichomonas vaginalis sebagian besar asimtomatik dan respon radang pada uretra pria biasanya tidak ditemukan. Hal ini berhubungan dengan epitel kuboid pada uretra. Trichomonas vaginalis dapat menginfeksi epitel skuamosa pada vagina tetapi hanya yang rentan saja.

Cara menghilangkan Trichomonas vaginalis dari saluran urogenital pria belum diketahui pasti, tetapi mungkin organisme hilang secara mekanik pada waktu buang air kecil dan adanya seng di dalam cairan normal prostat dapat dengan cepat membunuh trichomonas


PENULARAN

Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun masih diperdebatkan
Trichomonas vaginalis dapat hidup pada obyek yang basah selama 45 menit pada kloset duduk, kain lap pencuci badan, baju, air mandi dan cairan tubuh

Penularan perinatal terjadi kira-kira 5% dari ibu yang terinfeksi tetapi biasanya sembuh sendiri dengan metabolisme yang progresif dari hormon ibu
Infeksi Trichomonas vaginalis mempunyai masa inkubasi selama 4-21 hari

LABORATORIUM

Pemeriksaan mikroskop secara langsung
Dengan sediaan basah dapat ditemukan protozoa dengan 4-5 flagel dan ukuran 10-20 µm yang motil

Pada wanita metode ini mempunyai sensitifitas 50- 70% dan spesimen harus diambil dari vagina karena agen penyebab hanya menyerang epitel skuamosa

Pada pria cara penemuan Trichomonas vaginalis tidak selalu berhasil dan Trichomonas vaginalis dapat dideteksi dengan menggunakan sedimen urin

Cara lain menggunakan pewarnaan Gram, Giemsa, Papa-nicolaou, Periodic acid schiff, Acridine orange, Fluorescein, Neutral red dan Imunoperoxidase

Kultur
Teknik kultur menggunakan berbagai cairan dan media semi solid yang merupakan baku emas untuk diagnosis Biasanya dengan menggunakan medium Feinberg-Whittington memberikan hasil yang dapat dipercaya
Teknik kultur ini mempunyai sensitifitas kira-kira 97%

Metode serologi

Beberapa studi mengatakan bahwa uji serologis kurang sensitif daripada kultur atau pemeriksaan sediaan basah
Pada metode serologi ini dapat digunakan teknik ELISA, tes latex agglutination yang menggunakan antibodi poliklonal
Antigen detection immunoassay yang menggunakan antibodi
monoklonal dan nucleic acid base test



Purpose: Definitive diagnosis of Trichomonas vaginalis in genital secretions because clinical symptoms and signs or cellular charateristics of the exudate are not reliable evidence of trichomonal infections in either sex.

Equipment and Materials required:
Light microscope
microscope slides and cover slip
0.85% Saline, isotonic


Quality Control:

Specimen Collection and Handling: Specimens are collected by the health care practitioner. Follow Universal Precautions

1. Using a sterile swab , collect vaginal or, prostatic fluid, urethral discharges or centrifuge a fresh urine sample from either sex.
2. Specimen is mixed with a drop of isotonic saline solution. Cover slip the mixture.
3. Transport slide directly to the laboratory for examination.

Reporting:
1. Examine the slide microscopically using the 10 x objective for scanning and the 40 or 45 objective for confirmation and count estimation.
2. Trophozoites of T. Vaginalis may be incredibly numerous or only a few may be found. Motile and non-motile flagellates may be present, resembling small WBCs and epithelial debris.
3. Organisms are large, 15 to 18.5 by 5-15 um., pyriform, flagellate exhibiting rapid and jerky motility ( in fresh samples only). The wave-like motion of the undulating membrane is often apparent. There is not cyst stage of this parasite.
4. Report as follows:
*Presence of T. vaginalis, crystals and yeast as : Observe several fields under high power (400X) Report the presence as: Rare or Occasional or Many

*WBC, RBC, Epithelial cells, Renal cells – report lowest to the highest number of each element found as range/ HPF. Example: WBC 0-5/HPF

*Casts- observe several fields under low power (100X) report the lowest to highest number of each type of case found as range /LPF, Example: Granular cast 0-5/LPF

Reference:
1.Current Medial Diagnosis & Treatment ,1997
2. Saunders Manual of Clinical Laboratory Science, Lehmann, 1998

Laju Endap Darah (LED) / Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR)

Protap TES LED. 

Cara Westergren 

A. Pra analitik 

Persiapan Penderita : 
tidak memerlukan persiapan khusus 

Persiapan sampel: 
Darah vena dicampur dengan anti koagulan Natrium citrate 3,8 % dengan perbandingan 4:1 . Dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0,95 dengan perbandingan 4:1. 

Prinsip : 
Mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm / jam 

Alat dan bahan : 
a. Pipet Westergren 
b. Rak untuk pipet Westergren 
c. Natrium Citran 3,8 % 

B. Analitik 
Isi pipet westergren dengan darah yang telah diencerkan sampai garis tanda 0. pipet harus bersih dan kering. Letakan pipet pada rak dan perhatikan supaya posisi betul – betul tegak lurus pada suhu 18 – 250º C. 
Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran. Setelah tepat 1 ( satu ) jam, baca hasilnya dalam mm/jam 

C. Pasca analitik 
Nilai rujukan Laki – Laki : 0 – 15 mm / jam 
Perempuan : 0 – 20 mm / jam 

Sumber Kesalahan : 
Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan dan penyiapan bahan pemeriksaan. 
Dalam suhu kamar pemeriksaan harus dilakukan dalam 2 jam pertama, apabila darah EDTA disimpan pada suhu 4º C pemeriksaan dapat ditunda selama 6 jam. Perhatikan agar pengenceran dan pencampuran darah dengan larutan antikoagulan dikerjakan dengan baik. Mencuci pipa westergren dapat dilakukan dengan cara membersihkannya dengan air, kemudian alcohol dan terakhir acetone. Cara lain adalah dengan membersihkan dengan air dan biarkan kering satu malam dalam posisi vertical. Tidak dianjurkan memakai larutan bichromat atau deterjen. Nilai normal pada umumnya berlaku untuk 18 – 25º C. Pada pemeriksaan pipet harus diletakan benar – benar posisi vertical. 

(artikel dari beberapa sumber). 



DISPETTE 2 MODIFIED WESTERGREN METHOD 

PRINCIPLE 

Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR or Sed Rate) is a nonspecific screening test used to help diagnose conditions associated with acute and chronic inflammation, including infections, cancers, and autoimmune diseases. It is said to be nonspecific because increases do not tell the medical provider exactly where the inflammation is in the body or what is causing it, and also because it can be affected by other conditions besides inflammation. For this reason, ESR is typically used in conjunction with other tests. 

Anticoagulated blood is drawn up into a tube of standardized dimensions and left in a vertical position for exactly one hour. After that period the point at which the red cells have separated and settled from the plasma is recorded by reading from the scale on the side of the tube. 

The phenomenon of red cell sedimentation is only partly understood. Three definite phases have been identified in the sedimentation process. During the first, or Lag Phase (10 minutes), the red cells form a characteristic rouleaux pattern and sedimentation is generally slow. The rate accelerates in the second period, the Decantation Phase or precipitation phase. In the final or packing phase, the red cell aggregates pile up on the bottom of the tube or container; sedimentation slows down as a result of mutual interference of the closely packed aggregates. 

The size of the rouleaux aggregates formed in the Lag Phase is the critical factor affecting the final result of the ESR. The rouleaux itself appears to e influenced mainly by certain plasma proteins including fibrinogen, IgM and alpha1-macroglobulin. Thoughts vary as to the accelerating and retarding properties of glycoproteins and albumin. 


SPECIMEN REQUIREMENTS 

1. Patient Preparation–N/A 

2. Type–EDTA anticoagulated blood (1 to 2 mg EDTA/1ml blood). 

3. Handling Conditions–The test should be set up within two hours after the blood sample is obtained (or 12 hours if the blood is kept at 4oC). Refrigerated blood must always first be brought to room temperature for testing. If room temperature EDTA blood is being used the blood should be placed on the blood rocker for 10-15 minutes to allow adequate mixing of the blood cells. 


MATERIALS AND EQUIPMENT 

1. Equipment 
Dispette tube holder w/leveling bubble 
Timer 

2. Materials 
Dispette 2 reservoir pre-filled with bacteriostatic saline. 

NOTE: Whole blood must be diluted as undiluted blood collected in EDTA gives inaccurate and poorly reproducible results – 2 ml whole blood diluted with 0.2 ml saline. 

Dispette autozero tube with constant 2.55 ml internal diameter (complies with NCLLS guidelines.) 
Plastic disposable pipette 

3. Preparation–N/A 

4. Performance Parameters–NA 

5. Storage Requirements–Store reservoirs at room temperature. 

CALIBRATION–N/A 

QUALITY CONTROL 

1. Test is performed in duplicate and results must agree within 10%. If not, repeat test. 

2. Rack is kept in level position on counter free from vibrations. 

3. Care is taken to avoid sources of error. 

PROCEDURE 

STANDARD PRECAUTION: Patient specimens and all materials coming into contact with them should be handled as if capable of transmitting infections and disposed of with proper precautions. Gloves should be worn when handling all specimens. 

1. Anticoagulated specimens must be checked with two applicator sticks to ensure no clots are present. If clots are present the specimen is unsatisfactory. Blood should be mixed well and at room temperature. 

2. Hold clear filling reservoir by flared section and shake downwards with a flick of the wrist to force saline to the bottom of the reservoir. Keep upright and remove cap. 

3. Add 1 mL well mixed EDTA treated whole blood to the filling line level, either from a transfer pipette or directly from the blood tube. Ensure that the blood mixture reaches the filling line. 

4. Replace cap securely. 

5. Gently mix, mechanically or manually, by inversion. A minimum of 8 inversions is recommended. 

6. Ensure that all the blood returns to the bottom section of the reservoir. 

7. While holding filing reservoir firmly with one hand, and the Dispette tube with the other hand positioned at the 180 mm mark, penetrate the cap membrane and stop. 

8. Gently continue inserting the Dispette tube to the bottom of the reservoir. Ensure that the blood level, on rising up the Dispette tube, reaches to or beyond the grommet at the zero level. When the Dispette is fully inserted, any extra blood will be accommodated by the plugged overflow-chamber. 

9. Place the full Dispette assembly in a leveled plastic or metal stand. Ensure that the Dispette tube is at 90o degrees + one degree to the horizontal. Readings are recorded in millimeters at exactly one hour after setting upright. 

10. Pipette 1 ml. blood into the pre-filled reservoir up to the fill line. 

11. At the end of one hour, read the sedimentation rate directly from the tube in mm. Record results and discard the Dispette appropriately. 




CALCULATION 

Result is read directly from the tube. The distance from the bottom of the surface meniscus to the top of the column of red cells is recorded in millimeters per hour (mm/hr). If demarcation is hazy, level is taken where full density is first apparent. 

REPORTING RESULTS 
Normal Values 

Males 0–9 mm/hr 
Females 0–20 mm/hr 

Results are handwritten on laboratory requisition form. Unusual or abnormal results should be brought to the attention of the medical provider. 

PROCEDURE NOTES 

Sources of error 

1. Failure to mix blood properly, or clots in tube. Hemolysis may also modify sedimentation. 

2. Failure to perform test within two hours after blood is collected - twelve hours if kept at 40o C. 

3. Rack not on level surface. Sedimentation is accelerated if tube is not vertical. An angle of even 3o from vertical may accelerate the ESR by as much as 30 %. The test should be performed away from drafts or vibrations. 

4. Temperature variation. The rate is consistent at 20o C and little variation from 22 to 27o C (65-72oF). Otherwise, tube should be in constant temperature water bath. Refrigerated blood should be allowed to reach room temperature before test is set up. 

5. Vibration can seriously affect the ESR. Ensure that the bench top is not in contact with machinery (especially centrifuges), or subject to knocks. 

6. Do not pick up the stand to read results as this will affect other tests in progress. Bring the eye to the level of the top of the red cells to read accurately from the scale. 

7. Ensure you read the result at exactly 1 hour from when you set up the tube in the rack: remember the cells will go on settling after the first hour and results read at 75 minutes will usually be higher than those read at 60 minutes. Use a laboratory timer or alarm to remind yourself to read the results at the correct time 


LIMITATIONS 

Anemia is responsible for an accelerated ESR as the change in erythrocytes-plasma ratio favors rouleaux formation and therefore more rapid settling. Davidsohn and Henry state that the present tendency is to recognize that the value of the ESR is extremely limited in the presence if anemia and that a correction for the anemia is of questionable value. 


CLINICAL SIGNIFICANCE 

1. In general, the ESR is increased in all acute, general infections; in localized, acute, inflammatory conditions, variations in the ESR depend on the nature and severity of the process.

2. On occasion, the ESR may be increased where clinical and laboratory evaluation yield negative results. This should nonetheless be regarded as a sign of disease until such time as the medical provider is fully satisfied that the patient is perfectly well. 

3. The ESR may be useful to differentiate organic disease from functional disorders, or as a guide to the progress of diseases such as rheumatic carditis, rheumatoid arthritis, and certain malignancies, including Hodgkin’s disease. 



REFERENCE 

1. Ulster Scientific Dispette 2 Modified Westergren ESR product insert. 

2. Davidsohn, 1, Henry JB (Eds): Todd-Sanford Clinical Diagnosis by Laboratory Methods. ed. 15, Philadelphia, W.B. Saunders Co. pp. 134-135. 

3. Hardison, C. The Sedimentation Rate. JAMA 1968: 204, 165. 

4. National Committee for Clinical laboratory Standards. Methods for the Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) Test – Third Edition; Approved Standard, NCCLS document H2-A3. Villanova, Pennsylvania, NCCLS, 1993. 

5. Pincherie & Shanks. Value of the ESR as a Screening Test. Br. J. Prev. Soc. Med. 1967: 21, 133-138. 

6. International Congress for Standardization in Hematology (I.C.S.H.) Recommendations for Measurement of Erythrocyte Sedimentation rate. J Clin Path 1993: 46, 198 – 203. 

7. Manley, R. The Effect of Room Temperature on ESR and its Correction. J Clin Path 1957: 10, 354.