Tampilkan postingan dengan label Virology. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Virology. Tampilkan semua postingan

Minggu, 08 Juli 2012

Influenza


Influenza (flu) adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan demam, hidung meler, sakit kepala, batuk, tidak enak badan (malaise) dan peradangan pada selaput lendir hidung dan saluran pernafasan.

PENYEBAB

Virus influenza tipe A atau B. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat penderita batuk atau bersin; atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur, ingus) penderita.

GEJALA

Influenza berbeda dengan common cold. Gejalanya timbul dalam waktu 24-48 jam setelah terinfeksi dan bisa timbul secara tiba-tiba.

Kedinginan biasanya merupakan petunjuk awal dari influenza. Pada beberapa hari pertama sering terjadi demam, bisa sampai 38,9-39,4?Celsius.

Banyak penderita yang merasa sakit sehingga harus tinggal di tempat tidur; mereka merasakan sakit dan nyeri di seluruh tubuhnya, terutama di punggung dan tungkai. Sakit kepala seringkali bersifat berat, dengan sakit yang dirasakan di sekeliling dan di belakang mata. Cahaya terang bisa memperburuk sakit kepala. Pada awalnya gejala saluran pernafasan relatif ringan, berupa rasa gatal di tenggorokan, rasa panas di dada, batuk kering dan hidung berair. Kemudian batuk akan menghebat dan berdahak. Kulit teraba hangat dan kemerahan, terutama di daerah wajah. Mulut dan tenggorokan berwarna kemerahan, mata berair dan bagian putihnya mengalami peradangan ringan. Kadang-kadang bisa terjadi mual dan muntah, terutama pada anak-anak.

Setelah 2-3 hari sebagian besar gejala akan menghilang dengan segera dan demam biasanya mereda, meskipun kadang demam berlangsung sampai 5 hari. Bronkitis dan batuk bisa menetap sampai 10 hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6-8 minggu ntuk terjadinya pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernafasan.

KOMPLIKASI

Influenza merupakan penyakit serius, tetapi sebagian besar penderita akan kembali sehat dalam waktu 7-10 hari. Komplikasi bisa memperberat penyakit ini. Resiko tinggi terjadinya komplikasi ditemukan pada penderita yang sangat muda, usia lanjut dan penderita penyakit jantung, paru-paru atau sistem saraf.Kadang influenza menyebabkan peradangan saluran pernafasan yang berat disertai dahak berdarah (bronkitis hemoragik). Komplikasi yang paling berat adalah pneumonia virus; yang bisa berkembang dengan segera dan menyebabkan kematian dalam waktu 48 jam. Pneumonia virus kemungkinan akan terjadi selama wabah influenza A. Komplikasi lainnya dalah pneumonia bakteri yang terjadi karena adanya ganguan dalam kemampuan paru-paru untuk melenyapkan atau mengendalikan bakteri di dalam saluran pernafasan.

Meskipun sangat jarang terjadi, virus influenza jgua dihubungkan dengan peradangan otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau otot (miositis). Ensefalitis bisa menyebabkan penderita tampak mengantuk, bingung atau bahkan jatuh dalam keadaan koma. Miokarditis bisa menyebabkan murmur jantung atau gagal jantung.Sindroma Reye merupakan komplikasi serius dan bisa berakibat fatal, yang terjadi terutama pada anak-anak selama wabah influenza B. Sindroma Reye terutama terjadi jika anak-anak mendapatkan aspirin atau obat yang mengandung aspirin.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Beratnya penyakit dan adanya demam tinggi membedakan influenza dari common cold.Untuk memperkuat diagnosis dilakukan pembiakan virus dari sekret penderita.

PENGOBATAN

Pengobatan flu yang utama adalah istirahat dan berbaring di tempat tidur, minum banyak cairan dan menghindari kelelahan. Tirah baring sebaiknya dilakukan segera setelah gejala timbul sampai 24-48 setelah suhu tubuh kembali normal.

Untuk penyakit yang berat tetapi tanpa komplikasi, bisa diberikan asetaminofenn, aspirin, ibuprofen atau naproksen. Kepada anak-anak tidak boleh diberikan aspirin karena resiko terjadinya sindroma Reye. Obat lainnya yang biasa diberikan adalah dekongestan hidung dan penghirupan uap.

Jika segera diberikan pada infeksi influenza A yang belum mengalami komplikasi, obat rimantadin atau amantadin bisa membantu mengurangi lama dan beratnya demam serta gejala pernafasan. Ribavirin (dalam bentuk obat hirup atau tablet) mampu memperpendek lamanya demam dan mempengaruhi kemampuan virus untuk berkembangbiak, tetapi pemakaiannya masih bersifat eksperimental. Ribavirin bisa diberikan untuk meringankan gejala pneumonia virus.

Infeksi bakteri sekunder diobati dengan antibiotik. Pneumonia bakteri karena pneumokokus, bisa dicegah dengan memberikan vaksin yang mengandung pneumokokus. Tetapi vaksin ini tidak diberikan kepada seseorang yang telah menderita influenza.

PENCEGAHAN
Seseorang yang pernah terkana virus influenza, akan membentuk antibodi yang melindunginya terhadap infeksi ulang oleh virus tertentu. Tetapi cara terbaik untuk mencegah terjadinya influenza adalah vaksinasi yang dilakukan setiap tahun. Vaksin influenza mengandung virus influenza yang tidak aktif (dimatikan) atau partikel-partikel virus. Suatu vaksin bisa bersifat monovalen (1 spesies) atau polivalen (biasanya 3 spesies). Suatu vaksin monovalen bisa diberikan dalam dosis tinggi untuk melawan suatu jenis virus yang baru, sedangkan suatu vaksin polivalen menambah pertahanan terhadap lebih dari satu jenis virus.

Amantadin atau rimantadin merupakan 2 obat anti-virus yang bisa melindungi terhadap influenza A saja. Obat ini digunakan selama wabah influenza A untuk melindungi orang-orang yang kontak dengan penderita dan orang yang memiliki resiko tinggi-yang belum menerima vaksinasi.Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2-3 minggu setelah menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6-8 minggu. Oba ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya, terutama pada usia lanjut dan pada penderita kelainan otak atau ginjal.

Herpes Simpleks

Infeksi Herpes Simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.

Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh:
- pemaparan cahaya matahari
- demam
- stres fisik atau emosional
- penekanan sistem kekebalan
- obat-obatan atau makanan tertentu.

PENYEBAB

Terdapat 2 jenis virus herpes simpleks yang menginfeksi kulit, yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 merupakan penyebab dari luka di bibir (herpes labialis) dan luka di kornea mata (keratitis herpes simpleks); biasanya ditularkan melalui kontak dengan sekresi dari atau di sekitar mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genitalis dan terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan luka selama melakukan hubungan seksual.

GEJALA

Herpes simpleks yang kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman atau rasa gatal, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul di mana saja pada kulit atau selaput lendir, tetapi paling sering ditemukan di dalam dan di sekitar mulut, bibir dan alat kelamin.Lepuhan (yang bisa saja terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok, yang begabung satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar. Beberapa hari kemudian lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng tipis yang berwarna kekuningan serta ulkus yang dangkal. Penyembuhan biasanya dimulai dalam waktu 1-2 minggu kemudian dan biasanya sembuh total dalam waktu 21 hari. Tetapi penyembuhan di bagian tubuh yang lembab berjalan lebih lambat. Jika erupsi tetap berkembang pada tempat yang sama atau jika terjadi infeksi bakteri sekunder, maka bisa timbul beberapa jaringan parut.

Infeksi herpes yang pertama pada bayi atau anak kecil bisa menyebabkan luka yang terasa nyeri dan perdangan pada mulut dan gusi (ginggivostomatitis) atau peradangan vulva dan vagina yang terasa nyeri (vulvovaginitis).Keadaan ini menyebabkan anak menjadi rewel, nafsu makannya menurun dan demam. Pada bayi dan anak yang lebih besar, infeksi bisa menyebar melalui darah ke organ dalam (termasuk otak).

Seorang ibu hamil yang menderita infeksi HSV-2 bisa menularkan infeksi kepada janinnya, terutama jika infeksi terjadi pada usia 6-9 bulan kehamilan. Virus herpes simpleks pada janin bisa menyebabkan peradangan ringan selaput otak (meningitis) atau kadang menyebabkan peradangan otak yang berat (ensefalitis).

Jika bayi atau dewasa yang menderita eksim atopik terinfeksi oleh virus herpes simpleks, maka bisa terjadi eksim herpetikum, yang bisa berakibat fatal. Karena itu penderita eksim atopik sebaiknya tidak berhubungan dengan penderita infeksi herpes yang aktif. Pada penderita AIDS, infeksi herpes di kulit bisa bersifat menetap dan berat. Peradangan kerongkongan dan usus, ulkus di sekitar anus, pneumonia atau kelainan saraf juga lebih sering terjadi pada penderita AIDS.

Abses herpetik (herpetic whitlow) adalah suatu pembengkakan di ujung jari tangan yang terasa sakit dan berwarna kemerahan, yang disebabkan oleh virus herpes simpleks yang masuk melalui luka di kulit. Abses herpetik paling sering terjadi pada pegawai rumah sakit yang belum pernah menderita herpes simpleks dan bersentuhan dengan cairan tubuh yang mengandung virus herpes simpleks.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya yang timbul di bagian tubuh tertentu dan khas untuk herpes simpleks.

Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan virus, pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya peningkatan kadar antibodi serta biopsi.

Pada stadium yang sangat dini, diagnosis ditegakkan dengan menggunakan teknik terbaru yaitu reaksi rantai polimerase, yang bisa digunakan untuk mengenali DNA dari virus herpes simpleks di dalam jaringan atau cairan tubuh.

PENGOBATAN

Untuk sebagian besar penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah tersebut dikeringkan; jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi bakteri. Untuk mencegah atau mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan .

Krim anti-virus (misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung pada lepuhan.

Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah kelamin.Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan pengobatan khusus.

Rabies (Anjing Gila)

Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan otak dan medulla spinalis.

PENYEBAB

Virus rabies.

Virus rabies terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini memularkan infeksi kepada hewan lainnya atu manusia melalui gigitan dan kadang melalui jilatan.
Virus akan berpindah dari tempatnya masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, dimana mereka berkembangbiak. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf menuju ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

Banyak hewan yang bisa menularkan rabies kepada manusia. Yang paling sering menjadi sumber dari rabies adalah anjing; hewan lainnya yang juga bisa menjadi sumber penularan rabies adalah kucing, kelelawar, rakun, sigung, rubah. Rabies pada anjing masih sering ditemukan di Amerika Latin, Afrika dan Asia, karena tidak semua hewan peliharaan mendapatkan vaksinasi untuk penyakit ini. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas atau rabies jinak. Pada rabies buas, hewan yang terkena tampak gelisah dan ganas, kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak, sejak awal telah terjadi kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total.

Meskipun sangat-sangat jarang, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar. Telah dilaporkan 2 kasus yang terjadi pada penjelajah yang menghirup udara di dalam goa dimana banyak terdapat kelelawar.


GEJALA

Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak tempat.

Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.

Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa sakit luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum. Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).

DIAGNOSA

Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Immunofluoresensi (tes antibodi fluoresensi) yang dilakukan terhadap hewan tersebut bisa menunjukkan bahwa hewan tersebut menderita rabies.

Biopsi kulit, dimana kulit leher diambil untuk diiperiksa dibawah mikroskop, biasanya dapat menunjukkan adanya virus.

PENGOBATAN

Jika segera dilakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka seseorang yang digigit hewan yang menderita rabies jarang akan menderita rabies. Orang yang digigit kelinci dan hewan pengerat (termasuk bajing, tikus) tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut jarang terinfeksi rabies. Tetapi bila digigit binatang buas (sigung, rakun, rubah dan kelelawar) diperlukan pengobatan lebih lanjut karena hewan-hewan tersebut mungkin saja terinfeksi rabies.

Tindakan pencegahan yang paling penting adalah penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Daerah yang digigit dibersihkan dengan sabun, tusukan yang dalam disemprot dengan air sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin rabies diberkan suntikan immunoglobulin rabies, dimana separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan.

Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7, 14 dan 28. Nyeri dan pembengkakan di tempat suntikan biasanya bersifat ringan. Jarang terjadi reaksi alergi yang serius, kurang dari 1% yang mengalami demam setelah menjalani vaksinasi.

Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka resiko menderita rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2).

Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi dalam 3-10 hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas (asfiksia), kejang, kelelahan atau kelumpuhan total. Meskipun kematian karena rabies pernah diduga tidak dapat dihindarkan, tetapi beberapa orang ada yang selamat. Mereka dipindahkan ke ruang perawatan intensif untuk diawasi terhadap gejala-gejala pada paru-paru, jantung dan otak.
Pemberian vaksin maupun imunoglobulin rabies tampaknya efektif jika suatu saat penderita menunjukkan gejala-gejala rabies.

PENCEGAHAN

Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terpapar virus atau segera setelah terpapar. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap pemaparan virus, yaitu :
- dokter hewan
- petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
- orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah dimana rabies pada anjing banyak ditemukan
- para penjelajah gua kelelawar.

Vaksinasi memberikan perlundungan seumur hidup. Tetapi kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap pemaparan selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.

Mononukleosis Infeksiosa

Mononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes.

Setelah menyususp ke dalam sel-sel di hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi).

Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.

PENYEBAB

 Virus Epstein Barr.

Virus Epstein-Barr dihubungkan dengan limfoma Burkitt, sejenis kanker yang terjadi terutama di Afrika. Virus ini juga berperan dalam tumor limfosit B tertentu pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penerima organ cangkokan atau penderita AIDS) dan pada beberapa kanker hidung dan tenggorokan.

GEJALA

Pada anak-anak dibawah 5 tahun, infeksi tidak menunjukkan gejala. Pada remaja dan dewasa muda, bisa menimbulkan gejala, bisa juga tidak. Masa inkubasi (masa antara infeksi dan timbulnya gejala) bisasanya berlangsung selama 30-50 hari.
4 (empat) gejala utamanya adalah:
   1. Lemah
   2. Demam
   3. Nyeri tenggorokan
   4. Pembengkakan kelenjar getah bening.

Tidak semua penderita mengalami keermpat gejala tersebut.
Biasanya infeksi dimulai dengan perasaan sakit (tidak enak badan) yang berlangsung selama beberapa hari sampai 1 minggu.Kemudian timbul demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening. Biasanya demam mencapai 39,4 derajat Celsius, pada sore hari atau awal malam hari.
Tenggorokan bisa terasa sangat sakit dan bisa terbentuk bahan seperti nanah di belakang tenggorokan.
Kelenjar getah bening di berbagai tempat bisa membesar, tetapi yang paling sering adalah kelenjar getah bening leher.Kelemahan biasanya timbul pada minggu ke2-3.

KOMPLIKASI

Pada lebih dari 50% penderita, terjadi pembesaran limpa. Hati bisa sedikit membesa r.Sakit kuning dan pembengkakan di sekitar mata agak jarang terjadi. Ruam di kulit jarang ditemukan, tetapi pada suatu penelitian, penderita yang mendapatkan ampisilin akan membentuk ruam. Komplikasi lainnya adalah peradangan otak (ensefalitis), kejang, kelainan saraf, peradangan selaput otak (meningitis) dan kelainan tingkah laku. Limpa bisa terluka dan pecah. Jika hal ini terjadi perlu dilakukan pembedahan darurat untuk mengangkat limpa. Walalupun jarang, kelenjar getah bening leher yang membesar bisa menekan saluran pernafasan. Bisa terjadi penyumbatan paru-paru, tetapi sering tanpa gejala.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Tetapi gejala mononukleosis infeksiosa tidak khas, dan bisa menyerupai penyakit infeksi lainnya. Pemeriksaan darah bisa memperkuat diagnosis, yaitu ditemukannya antibodi terhadap virus Epstein-Barr.T ubuh juga biasanya menghasilkan limfosit B baru untuk menggantikan limfosit yang terinfeksi. Limfosit ini memiliki bentuk yang khas yang bisa dilihat melalui mikroskop.

PENGOBATAN

Disarankan untuk beristirahat sampai demam, nyeri tenggorokan dan perasaan sakit hilang. Karena ada resiko pecahnya limpa, penderita tidak boleh mengangkat beban berat dan berolah raga selama 6-8 minggu, meskipun tidak ditemukan pembesaran limpa. Untuk demam dan nyeri, diberikan sindrome Reye, yang bisa berakibat fatal. Beberapa komplikasi, seperti pembengkakan saluran pernafasan, bisa diobati dengan kortikosteroid Meskipun asiklovir bisa mengurangi jumlah virus Epstein-Barr, tetapi efeknya terhadap gejala sangat kecil.

Kebanyakan penderita akan sembuh sempurna. Lamanya penyakit bervariasi. Fase akut berlangsung selama 2 minggu, setelahnya penderita bisa melakukan aktivitas sehari-hari. Tetapi kelemahan bisa menetap sampai beberapa minggu, bahkan lebih.

Walaupun jarang (kurang dari 1%), penyakit ini bisa berakhir dengan kematian. Kematian biasanya merupakan akibat dari komplikasi, seperti peradangan otak, pecahnya limpa atau penyumbatan saluran pernafasan.

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)


Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir dengan gejala-gejala seperti flu (demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut bisa jadi fatal.

Sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pertama kali dideteksi di Guangdong propinsi Cina pada akhir 2002. Menjangkiti seluruh dunia, menghasilkan hampir 8.500 kasus di 29 negara, termasuk Kanada dan Amerika Serikat, menjelang pertengahan 2003. Perjangkitan tersebut menyebar ke beberapa negara disebabkan perjalanan internasional. Setelah perjangkitan pertama kali, beberapa kasus terjadi di Asia (terutama Cina) pada akhir 2006 dan awal 2004. Pertengahan 2006, tidak terdapat kasus yang dilaporkan dunia sejak 2004. secara keseluruhan, sekitar 10% orang penderita SARS meninggal, meskipun resiko kematian bervariasi sesuai usia orang dan akses ke perawatan medis tingkat lanjut. Orang yang berusia di atas 60 tahun lebih mungkin untuk meninggal. Tidak ada kematian yang terjadi di Amerika Serikat.

PENYEBAB

SARS tampaknya disebabkan oleh jenis baru dari coronavirus. Coronavirus lainnya menyebabkan flu biasa atau menulari berbagai binatang. SARS menyebar dari hubungan tatap muka, kemungkinan dengan menghirup tetesan bersin atau batuk orang yang tertular. Hal tersebut bisa juga menyebar dengan terkena ludah orang yang tertular dan kemudian memegang hidung, mulut, atau mata. Kebanyakan yang tertular adalah orang yang berhubungan dekat dengan orang yang tertular : perawat kesehatan, anggota keluarga, atau orang yang berada di sekitar penderita ketika duduk di pesawat atau tempat tidur di rumah sakit. Meskipun begitu, beberapa orang yang menderita SARS bisa belum pernah berhubungan dekat dengan orang yang tertular, dan banyak orang yang berhubungan dekat dengan orang yang tertular tidak terkena. Virus juga terdapat di tinja, dan beberapa orang tampak telah tertular setelah terkena langsung dengan persediaan air yang tercemari oleh kotoran.

GEJALA

Gejala-gejala dimulai sekitar 2 sampai 10 hari setelah terkena virus. Gejala awal menyerupai lebih dari infeksi umum dan termasuk demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit otot. Hidung basah dan luka kerongkongan tidak biasa. Sekitar 3 sampai 7 hari kemudian, batuk kering dan kesulitan bernafas bisa muncul. Kebanyakan orang sembuh dalam 1 sampai 2 minggu. Meskipun begitu, sekitar 10 sampai 20 % muncul kesulitan bernafas akut, mengakibatkan tidak tercukupinya oksigen di dalam darah. Sekitar setengah dari orang ini membutuhkan bantuan pernafasan. Meskipun begitu, beberapa orang di Amerika Serikat mempunyai gejala akut ini.

Sekitar 10% orang yang tertular meninggal. Kematian disebabkan kesulitan bernafas.

DIAGNOSA

SARS dicurigai hanya jika orang yang sudah terpapar dengan orang yang tertular mengalami demam disertai batuk atau kesulitan bernafas. Orang bisa terkena jika dalam 10 hari ke belakang, mereka melakukan perjalanan ke daerah dimana SARS akhir-akhir ini dilaporkan atau telah berhubungan tatap muka dengan orang yang menderita SARS.

Jika seorang dokter mencurigai SARS, sinar X pada dada biasanya dilakukan. Dokter mengambil ludah dari hidung dan tenggorokan orang tersebut untuk berusaha mengenali virus tersebut. Contoh dahak bisa jadi diteliti. Darah dites untuk infeksi SARS ketika infeksi pertama kali dikenali dan dilakukan lagi setelah 3 minggu kemudian. Jika orang tersebut mengalami kesulitan bernafas, tes darah lainnya kemungkinan diperlukan. Karena SARS adalah penyakit menular yang baru dikenali, departemen kesehatan diberitahu kemungkinan adanya kasus.

PENGOBATAN

Dokter berusaha mengobati SARS dengan obat-obatan anti virus, seperti oseltamivir dan ribavirin, dan kortikosteroid. Meskipun begitu, tidak terdapat bukti obat ini atau obat-obatan lainnya efektif. Virus tersebut hilang dengan cepat. Orang dengan gejala ringan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Orang yang menderita kesulitan bernafas sederhana mungkin perlu diberikan oksigen melalui pipa nafas plastic melalui hidung atau masker wajah. Mereka yang menderita kesulitan bernafas akut bisa memerlukan ventilasi mekanik untuk membantu pernafasan. Pemeriksaan difokuskan pada membuat sebuah tes untuk diagnosa cepat, pengobatan efektif, dan vaksin pencegahan.

PENCEGAHAN

Himbauan perjalanan dari pusat pengawasan dan pencegahan penyakit (CDC= Centers for Disease Control and Prevention) harus diperhatikan. Menggunakan sebuah masker tidak dianjurkan kecuali untuk orang yang berhubungan langsung dengan seseorang yang menderita SARS. Orang yang terpapar seseorang yang menderita SARS (seperti anggota keluarga, staff penerbangan, atau perawat kesehatan) harus waspada pada gejala infeksi. Jika tidak terdapat gejala, mereka bisa melakukan pekerjaan, sekolah, dan kegiatan lainnya seperti biasa. Jika muncul demam, sakit kepala, otot sakit, batuk, atau kesulitan bernafas, mereka harus menghindari hubungan tatap muka dengan orang lain dan mengunjungi seorang dokter.

Jika dokter menduga seseorang menderita SARS, orang tersebut diisolasi di sebuah ruangan dengan sistem ventilasi yang membatasi penyebaran mikroorganisme di udara. Jika setelah 72 jam isolasi, gejala tidak meningkat menunjukkan SARS, orang tersebut biasanya bebas melanjutkan aktifitas biasa. Ketika pekerja pemerhati kesehatan memperhatikan seseorang yang menderita SARS, mereka menggunakan masker, kacamata, jubah, dan sarung tangan.