BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan terjadi ketika hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa ovulasi atau masa subur ( keadaan dimana rahim melepaskan sel telur), dan sperma (air mani) dari pria membuahi sel telur dari wanita tsb. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim, yang akan bertumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari). Dalam sekali hubungan badan, seorang suami rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim.
Kehamilan terjadi ketika hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa ovulasi atau masa subur ( keadaan dimana rahim melepaskan sel telur), dan sperma (air mani) dari pria membuahi sel telur dari wanita tsb. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim, yang akan bertumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari). Dalam sekali hubungan badan, seorang suami rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim.
Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1: seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0. Makalah ini akan membahas tentang bagaimana awal terjadinya kehamilan meliputi proses pembentukan janin, perkembangan janin di dalam rahim dan sampai pada pengeluaran bayi dan plasenta.
1.2 Tujuan
a. Untuk memenuhi salah satu Mata Kuliah Ginekologi
b. Dengan mempelajari Proses Terjadinya Kehamilan, diharapkan dapat mengetahui tentang awal terjadinya kehamilan meliputi proses pembentukan janin, perkembangan janin di dalam rahim dan sampai pada pengeluaran bayi dan plasenta.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami membahas mengenai proses bembentukan janin, perkembangan janin di dalam rahim, sampai pada pengeluaran bayi dan plasenta
Dalam penulisan makalah ini kami membahas mengenai proses bembentukan janin, perkembangan janin di dalam rahim, sampai pada pengeluaran bayi dan plasenta
1.4 Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan literatur, membaca buku panduan dan mencari dari internet tentang proses terjadinya kehamilan.
Metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan menggunakan literatur, membaca buku panduan dan mencari dari internet tentang proses terjadinya kehamilan.
1.5 Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembentukan Janin
2.2 Perkembangan Janin di Rahim
2.3 Karakteristik Janin
2.4 Pengeluaran Bayi
2.5 Pengeluaran Plasenta
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembentukan Janin
2.2 Perkembangan Janin di Rahim
2.3 Karakteristik Janin
2.4 Pengeluaran Bayi
2.5 Pengeluaran Plasenta
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Tahap
awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan
sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa FERTILISASI.
Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan
zygote dan akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage)
menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi embrio.
2.1 Proses Pembentukan Janin
• Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
- Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
- Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
- Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari:
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari:
a. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
b. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
c. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
d. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius.
• Oogenesis
- Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel primordial.
- Folikel PrimordiaL
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
- Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA.
- Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.
- Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
- Fertilisasi
Keajaiban awal mula kehidupan diawali dengan bertemunya sel sperma dan sel telur di saluran tuba. Hanya 1 sperma yang mampu memasuki sel telur dan membuahinya.
Keajaiban awal mula kehidupan diawali dengan bertemunya sel sperma dan sel telur di saluran tuba. Hanya 1 sperma yang mampu memasuki sel telur dan membuahinya.
Fertilisasi atau
pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh
sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,
pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang
melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata.
Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata,
yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam
korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma
dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu,sehingga terjadi
aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
o Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
o Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
o Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
o Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
o Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada
saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan
zona pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi
sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder
, sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II
dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit
sekunder.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
Segera setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang kromosom (2n) atau 46 kromosom.
2.2 Perkembangan Janin di Rahim
Permulaan masa embriogenik
Embrio :
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu :
1. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus
1. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.
Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot akan ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus
3 tahapan fase embrionik yaitu :
a. Morula
Hasil pembelahan zygot tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya seperti buah arbei
Morula adalah suatu bentukan sel sperti buah arbei (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus secara mitosis. Dan keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
a. Morula
Hasil pembelahan zygot tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya seperti buah arbei
Morula adalah suatu bentukan sel sperti buah arbei (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus secara mitosis. Dan keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
b. Blastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. bentuk ini kemudian disebut blastosit.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel yang dikeluarkan oleh tuba fallopii.
Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
Pada stadium ini terbentuk sel-sel yang membentuk dinding Blastula dan akan membentuk suatu simpai yang disebut sebagai Trofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan lapisan Endometrium ( lapisan paling dalam dari Rahim ).
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. bentuk ini kemudian disebut blastosit.
Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.
Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel yang dikeluarkan oleh tuba fallopii.
Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.
Pada stadium ini terbentuk sel-sel yang membentuk dinding Blastula dan akan membentuk suatu simpai yang disebut sebagai Trofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan lapisan Endometrium ( lapisan paling dalam dari Rahim ).
Pembelahan
hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5
hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah
memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen
uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan
pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap
selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus
disebut implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12
hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
Blastosit terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan. Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
Sel-sel bagian luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta dan berbagai membran kehamilan. Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
c. Gastrula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.
Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.
Lapisan terluar blastosit disebut trofoblas merupakan dinding blastosit yang berfungsi untuk menyerap makanan dan merupakan calon tembuni atau ari-ari (plasenta), sedangkan masa di dalamnya disebut simpul embrio (embrionik knot) merupakan calon janin. Blastosit ini bergerak menuju uterus untuk mengadakan implantasi (perlekatan dengan dinding uterus).
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Menurut
Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan
tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula
ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada
gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam
suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan,
sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat
merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini
menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam,
mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam
proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha
mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu
dari spesies yang bersangkutan.
Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
Organogenesis
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Contohnya :
a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
Contohnya :
a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata.
Organogenesis
atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi
bentuk yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik
dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan
berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka
cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk yang
selanjutnya embryo disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada
periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk
yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir,
penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga menjadi ciri suatu
individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan
jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus
bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:
1. Bumbung epidermis
Menumbuhkan:
- Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
- Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
- Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
- Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
- Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
- Lapisan enamel gigi.
Menumbuhkan:
- Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
- Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
- Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
- Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
- Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
- Lapisan enamel gigi.
2. Bumbung endoderm
- Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
- Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
- Lapisan epitel paru atau insang.
- Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
- Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
- Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
- Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
- Lapisan epitel paru atau insang.
- Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
- Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf)
- Otak dan sumsum tulang belakang.
- Saraf tepi otak dan punggung.
- Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
- Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
- Otak dan sumsum tulang belakang.
- Saraf tepi otak dan punggung.
- Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
- Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.
4. Bumbung mesoderm
- Otot:lurik, polos dan jantung.
- Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
- Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
- Ginjal dan ureter.
- Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
- Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
- Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
- Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
- Otot:lurik, polos dan jantung.
- Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
- Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
- Ginjal dan ureter.
- Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
- Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan mesenterium.
- Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
- Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada
minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat
cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio
berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah
mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran
18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan
lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap
organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan
disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan.
HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan.
HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal, membuat proses kehamilan jadi berlanjut.
Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu :
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2.
4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion. Merupakan tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
Janin
Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim, 1990).
Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan. Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur). Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau dewasa (Wildan yatim, 1990).
Sedangkan
dalam Microsoft Encarta 2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu
hewan bertulang belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua
ciri struktural orang dewasa sudah dapat dikenal, terutama keturunan
manusia yang belum lahir setelah delapan minggu pertumbuhan.
Tahapan perkembangan pada masa embrio
Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.
Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
Bulan pertama : Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, sistem saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit. Embrio berukuran 0,6 cm.
Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm.
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram.
Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janin mencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm.
Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi).
Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memutarkan badan (posisi)
Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina.
Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000 gram.
Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan.
2.
Fase Pasca Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup setelah masa embrio, terutama penyempurnaan alat-alat reproduksi
setelah dilahirkan.
Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian tubuh dari makhluk hidup. Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-beda satu dengan yang lain. Setelah lahir disebut dengan nama bayi dan memasuki masa neonatal.
Pada fase ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi biasanya hanya peningkatan ukuran bagian-bagian tubuh dari makhluk hidup. Kecepatan pertumbuhan dari masing-masing makhluk hidup berbeda-beda satu dengan yang lain. Setelah lahir disebut dengan nama bayi dan memasuki masa neonatal.
Tahap perkembangan janin dimulai pada bulan ke 3 sampai ke 10.
Pada
6 bulan terakhir perkembangan manusia digunakan untuk meningkatkan
ukuran dan mematangkan organ-organ yang dibentuk pada 3 bulan pertama.
Pada
saat janin memasuki bulan ke 3, panjangnya 40 mm. Janin sudah mempunyai
sistem organ seperti yang dipunyai oleh orang dewasa. Pada usia ini
genitalnya belum dapat dibedakan antara jantan dan betina dan tampak
seperti betina serta denyut jantung sudah dapat didengarkan.
Pada
bulan ke 4 ukuran janin 56 mm. Kepala masih dominan dibandingkan bagian
badan, genitalia eksternal nampak berbeda. Pada minggu ke 16 semua
organ vital sudah terbentuk. Pembesaran uterus sudah dapat dirasakan
oleh ibu.
Pada bulan ke 5 ukuran
janin 112 mm, sedangkan akhir bulan ke 5 ukuran fetus mencapai 160 mm.
Muka nampak seperti manusia dan rambut mulai nampak diseluruh tubuh
(lanugo). Pada yang jantan testis mulai menempati tempat dimana ia akan
turun ke dalam skrotum. Gerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu.
Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi belum berfungsi.
Pada bulan ke 6 ukuran tubuh sudah lebih proporsional tapi nampak kurus, organ internal sudah pada posisi normal.
Pada
bulan ke 7 janin nampak kurus, keriput dan berwarna merah. Skrotum
berkembang dan testis mulai turun untuk masuk ke skrotum, hal ini
selesai pada bulan ke 9. system saraf berkembang sehingga cukup untuk
mengatur pergerakan fetus, jika dilahirkan 10% dapat bertahan hidup.
Pada
bulan ke 8 testis ada dalam skrotum dan tubuh mulai ditumbuhi lemak
sehingga terlihat halus dan berisi. Berat badan mulai naik jika
dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.
Pada bulan ke 9, janin lebih banyak tertutup lemak (vernix caseosa). Kuku mulai nampak pada ujung jari tangan dan kaki.
Pada
bulan ke 10, tubuh janin semakin besar maka ruang gerak menjadi
berkurang dan lanugo mulai menghilang. Percabangn paru lengkap tapi
tidak berfungsi sampai lahir. Induk mensuplai antibodi plasenta mulai
regresi dan pembuluh darah palsenta juga mulai regresi.
2.3 Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses
terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai
gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal
menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi
lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk
ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi
cortex dari gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di
celah tubulus sel mesenkim membentuk jaringan intertistial bersama sel
leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli membentuk testosteron dan
duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor anti
duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas
deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5
alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron
yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra.
Selanjunya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis
turun ke pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di
cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin lmamakin besar testis terpisah
dari rongga pelvis.
Sedangkan
kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer
berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah,
epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi
folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa
hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan
medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk
menjadi oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan
duktus mesonefros degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi
ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450
letaknya menjadi melintang.
Penis
dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina
ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak
berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang
bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.
2.4 Pengeluaran Bayi
Kelahiran
bayi dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama, proses persiapan
persalinan. Dalam tahap ini terjadi pembukaan (dilatasi) mulut rahim
sampai penuh. Selanjutnya, tahap kedua adalah kelahiran bayi yang keluar
dengan selamat. Tahap ketiga, pengeluaran plasenta. Tahap berikutnya
adalah observasi terhadap ibu selama satu jam usai plasenta keluar.
Tahapan
yang pertama adalah kontraksi. Ini biasanya fase paling lama. Pembukaan
leher rahim (dilatasi) sampai 3 cm, juga disertai penipisan (effasi).
Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa hari, bahkan beberapa minggu,
tanpa kontraksi berarti (kurang dari satu menit). Tapi pada sebagian
orang mungkin saja terjadi hanya 2-6 jam (atau juga sepanjang 24 jam)
dengan kontraksi lebih jelas. Setelah itu leher rahim akan semakin
lebar.Umumnya fase ini lebih pendek dari fase sebelumnya, berlangsung
sekitar 2-3 jam. Kontraksi kuat terjadi sekitar 1 menit, polanya lebih
teratur dengan jarak 4-5 menit. Leher rahim membuka sampai 7 cm.
Secara
umum dan normal, pembukaan leher rahim akan terus meningkat dengan
kontraksi yang makin kuat. Terjadi 2-3 menit sekali selama 1,5 menit
dengan puncak kontraksi sangat kuat, sehingga ibu merasa seolah-olah
kontraksi terjadi terus-menerus tanpa ada jeda.
Pembukaan
leher rahim dari 3 cm sampai 10 cm terjadi sangat singkat, sekitar 15
menit sampai 1 jam. Saat ini calon ibu akan merasakan tekanan sangat
kuat di bagian bawah punggung. Begitu pula tekanan pada anus disertai
dorongan untuk mengejan. Ibu pun akan merasa panas dan berkeringat
dingin.
Posisi calon ibu saat
melahirkan turut membantu lancarnya persalinan. Posisi setengah duduk
atau setengah jongkok mungkin posisi terbaik karena posisi ini
memanfaatkan gaya berat dan menambah daya dorong ibu.
2.5 Pengeluaran Plasenta
Rasa
lelah ibu adalah hal yang tersisa ketika bayi sudah keluar, tapi tugas
belum berakhir. Plasenta yang selama ini menunjang bayi untuk hidup
dalam rahim harus dikeluarkan.
Mengerutnya
rahim akan memisahkan plasenta dari dinding rahim dan menggerakkannya
turun ke bagian bawah rahim atau ke vagina. Ibu hanya tinggal
mendorongnya seperti halnya mengejan saat mengeluarkan bayi. Hanya saja
tenaga yang dikeluarkan tak sehebat proses pengeluaran bayi. Apabila
plasenta telah keluar, akan segera dijahit robekan atau episiotomi
sehingga kembali seperti semula.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Kehamilan
terjadi ketika hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa
ovulasi atau masa subur dan sperma dari pria membuahi sel telur dari
wanita tsb. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim,
yang akan bertumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu. Sel
Telur / Ovum yang dibuahi oleh sel mani ( spermatozoa ) akan menjadi
satu, Banyak sel mani yang melekat pada dinding Ovum tetapi hanya hanya 1
selmani yang berhasil membuahi Ovum. Beberapa jam setelah pembuahan
maka akan terjadi stadium Zygote ( Ovum yang sudah dibuahi dan terbentuk
2 sel jaringan ). setelah pembuahan, sel telur yang telah dibuahi
tersebut akan berkembang menjadi sekelompok sel (berjumlah ratusan)
seperti bola.
Sel-sel yang berada di dalam akan berkembang menjadi janin sementara sel-sel yang terletak di bagian luar akan membentuk trofoblas. Sel-sel yang membentuk trofoblas inilah yang kelak akan menjadi plasenta
Sel-sel yang berada di dalam akan berkembang menjadi janin sementara sel-sel yang terletak di bagian luar akan membentuk trofoblas. Sel-sel yang membentuk trofoblas inilah yang kelak akan menjadi plasenta
.Dalam 3 hari akan terbentuk sel yang sama besarnya dan masuk pada stadium Morula,. Stadium ini terus berkembang dan menjadi stadium Blastula. Pada stadium ini terbentuk sel-sel yang membentuk dinding Blastula dan akan membentuk suatu simpai yang disebut sebagai Trofoblast. Trofoblast mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan lapisan Endometrium ( lapisan paling dalam dari Rahim ). Nidasi terjadi pada dinding depan atau dinding belakang rahim. Jika Nidasi ini terjadi barulah dapat disebut adanya kehamilan. Setelah itu Blastula tumbuh pesat dan membentuk jaringan Embryo yang selanjutnya terbentuk jaringan Ektoderm, Mesoderm dan Entoderm. Masing-masing jaringan akan membentuk masing-masing organ yang berbeda-beda ( tulang, rambut, paru-paru, jantung dll ). Embryo ini terus tumbuh dan menjadi Janin.
0 komentar:
Posting Komentar